Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. memiliki eksposur kredit kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. yang sedang keulitan, tapi perseroan cukup optimistis dengan kemampuan sang debitur.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan bahwa perseroan memberikan pinjaman bank sebesar Rp30,7 miliar kepada Garuda Indonesia per akhir 2019. Sejauh ini, lanjutnya, pinjaman tersebut masih bersifat lancar dan tidak terkendala.
“So far, tidak ada berita, mungkin karena kecil jdi teman-teman divisi perbankan korporasi tidak update ke saya juga,” ujarnya kepada Bisnis.com, Jumat (17/3/2020).
Menurutnya, pinjaman ini juga tergolong kecil dibandingkan pinjaman dari lainnya dari perbankan. Dengan demikian, menurutnya pemberian kredit itu tidak terlalu berisiko bagi perseroan yang berkode saham BBCA itu.
Di sisi lain, dia juga menerangkan bahwa kredit ini diberikan kepada anak usaha Garuda Indonesia, yakni PT Aerotrans Service (ATS). Dia menyatakan, belum ada upaya restrukturisasi dari anak usaha maskapai pelat merah itu.
“Sejauh ini belum ada, mungkin Garudanya, tapi kalau anak perusahaannya belum,” ujarnya.
Baca Juga
Kredit senilai Rp30,7 miliar yang dibukukan setara US$1,93 juta tersebut merupakan fasilitas kredit cerukan atau overdraft. Fasilitas kredit dengan bunga 9,5 persen par tahun itu akan jatuh tempo pada 7 Juni 2020.
Jika dibandingkan dengan perbankan swasta lainnya, pinjaman dari BCA memang jauh lebih kecil. PT Bank Pan Indonesia Tbk. misalnya, masih memiliki kredit kepada Garuda Indonesia sebesar US$150 juta.
Emiten berkode saham GIAA ini memiliki liabilitas jangka pendek yang cukup besar per akhir 2019, totalnya mencapai US$3,25 miliar. Kewajiban jangka pendek itu mendominasi total liabilitas perseroan yang mencapai US$3,73 miliar.
Dari jumlah tersebut, sebanyak US$984,85 juta di antaranya merupakan pinjaman bank. Pinjaman ini terdiri dari pinjaman bank terafiliasi sebanyak US$540,09 juta dan US$444,75 juta kepada bank pihak ketiga.
Maskapai pelat merah ini memiliki total pinjaman senilai US$1,83 miliar, dan pinjaman bersih senilai US$1,53 miliar.
Sementara itu, ekuitas tercatat sebanyak US$720,62 juta. Dengan demikian, posisi debt to equity (DER) perseroan mencapai 2,55 kali, dan net debt to equity ratio perseroan mencapai 214 persen.