Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Berkilau, Kinerja Antam (ANTM) Dinilai Belum Tentu Turut Bersinar

Dalam jangka panjang prospek kinerja ANTM dinilai masih sangat baik karena kebutuhan nikel sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik akan semakin marak di masa mendatang.
Karyawan menunjukan emas batangan di Butik Emas Logam Mulia, Jakarta, Kamis (13/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan emas batangan di Butik Emas Logam Mulia, Jakarta, Kamis (13/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis, JAKARTA - Pertumbuhan kinerja emiten tambang logam PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) diproyeksi tidak akan begitu impresif pada tahun ini seiring dengan harga emas global yang naik tajam.

Direktur PT Mega Anugrah Investama Hans Kwee mengatakan bahwa naiknya harga emas dalam beberapa perdagangan terakhir akan membatasi minat pembelian emas fisik oleh konsumen. Dengan demikian, volume penjualan yang berhasil dibukukan ANTM dengan baik pada 2019 kemungkinan tidak akan kembali terjadi pada tahun ini.

“Kinerja penjualan ANTM mungkin tidak akan bergerak lebih baik daripada tahun lalu, tetapi juga tidak akan lebih buruk dari tahun lalu. Jadi kemungkinan besar akan cenderung flat tahun ini, karena konsumsi emas fisik akan menurun seiring dengan harganya yang mahal,” ujar Hans saat dihubungi Bisnis, Kamis (16/4/2020).

Untuk diketahui, pada perdagangan Kamis (16/4/2020) hingga pukul 19.00 WIB, harga emas spot bergerak di level US$1.735 per troy ounce, naik 1,05 persen. Sepanjang tahun berjalan 2020, harga emas telah terapresiasi hingga 15,87 persen.

Mengutip publikasi laporan keuangan perseroan, ANTM mencatatkan penjualan sebesar Rp32,7 triliun pada 2019, lebih tinggi 29,4 persen dibandingkan dengan perolehan pada 2018 sebesar Rp25,27 triliun.

Adapun, kontribusi penjualan terbesar masih berasal dari komoditas emas dengan nilai penjualan sebesar Rp22,46 triliun naik 34,4 persen daripada perolehan 2018. Jumlah tersebut setara 69 persen dari total penjualan ANTM pada 2019.

Lebih lanjut, penjualan feronikel pada 2019 senilai Rp4,87 triliun, bijih nikel Rp3,7 triliun, bijih bauksit Rp758 miliar, aluminia senilai Rp547,3 miliar, perak senilai Rp151,96 miliar, batu bara Rp50,4 miliar, dan logam lainnya Rp2,2 miliar.

Kendati demikian, Hans Kwee secara jangka panjang prospek kinerja ANTM masih sangat baik, mengingat kebutuhan nikel sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik akan semakin marak dalam jangka panjang.

Saham ANTM pun masih sangat menarik untuk dikoleksi di antara tiga emiten tambang berpelat merah lainnya, seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Timah Tbk. (TINS). Dengan masih berlangsungnya tren kenaikan harga emas saat ini, saham ANTM pun umumnya berpotensi terkena imbas untuk ikut berkilau.

Pada penutupan perdagangan Kamis (16/4/2020), saham ANTM parkir di level Rp505 per saham, terkoreksi 3,81 persen. Sepanjang tahun berjalan 2020, ANTM telah terkoreksi 39,88 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper