Bisnis.com, JAKARTA - Emiten tambang logam PT Aneka Tambang Tbk. gagal membukukan pertumbuhan laba pada 2019 walaupun berhasil membukukan pertumbuhan penjualan hingga 29,4 persen.
Mengutip publikasi laporan keuangan perseroan, Antam mencatatkan penjualan sebesar Rp32,7 triliun pada 2019, lebih tinggi 29,4 persen dibandingkan dengan perolehan pada 2018 sebesar Rp25,27 triliun.
Sekretaris Perusahaan Aneka Tambang Kunto Hendrapawoko mengatakan kenaikan penjualan tersebut seiring dengan pertumbuhan tingkat produksi dan penjualan komoditas utama perseroan pada tahun lalu.
Pada 2019 perseroan mencatatkan kenaikan beban pokok penjualan 37,15 persen menjadi Rp28,27 triliun dan beban usaha naik 12,43 persen menjadi Rp3,49 triliun seiring dengan konsolidasi beban dari entitas anak perusahaan.
Selain itu, perseroan mencatatkan beban lain-lain bersih total sebesar Rp268 miliar yang terdiri dari pendapatan dan beban keuangan, kerugian selisih kurs, bagian kerugian entitas asosiasi dan ventura bersama, serta penghasilan lain-lain bersih.
“Hal tersebut pun turut mempengaruhi capaian laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp193,85 miliar [turun 88,2 persen daripada perolehan 2018] dengan tingkat EBITDA mencapai Rp2,3 triliun,” ujar Kunto seperti dikutip dari keterangan resmi, Kamis (16/4/2020).
Baca Juga
Adapun, kontribusi penjualan terbesar masih berasal dari komoditas emas dengan nilai penjualan sebesar Rp22,46 triliun naik 34,4 persen daripada perolehan 2018. Jumlah tersebut merupakan 69 persen dari total penjualan ANTM pada 2019.
Lebih lanjut, penjualan feronikel pada 2019 senilai Rp4,87 triliun, bijih nikel Rp3,7 triliun, bijih bauksit Rp758 miliar, aluminia senilai Rp547,3 miliar, perak senilai Rp151,96 miliar, batu bara Rp50,4 miliar, dan logam lainnya Rp2,2 miliar.
Selain itu, seiring dengan selesainya proses akuisisi keseluruhan saham PT Indonesia Chemical Alumina (PT ICA) oleh perseroan telah mengkonsolidasi secara penuh laporan keuangan PT ICA. Perseroan pun reklasifikasi pos keuntungan akuisisi itu sehingga terdapat penyajian kembali laporan keuangan 2018.
Pada 2019, PT ICA telah memproduksi alumina sebesar 104 ribu ton dengan tingkat penjualan sebesar 71 ribu ton. Perolehan tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan capaian 2018, yaitu produksi hanya mencapai 13 ribu ton dan penjualan sebesar 8 ribu ton.
“Di tengah tantangan pengoperasian pabrik serta aspek pemasaran produk dalam kondisi harga jual yang berfluktuasi, komoditas alumina diharapkan mampu memberikan kontribusi yang semakin positif bagi kinerja perseroan di masa mendatang,” papar Kunto.
Di sisi lain, aset perseroan pada 2019 turun 6,2 persen menjadi Rp30,19 triliun dengan kas setara kas yang juga menipis menjadi Rp3,63 triliun. Sementara itu, ANTM berhasil mengalami penurunan jumlah liabilitas sebesar 12,2 persen menjadi Rp12 triliun daripada tahun sebelumnya sebesar Rp13,74 triliun.