Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Peringkat Negatif, Begini Jurus Adhi Karya (ADHI) Jaga Profil Keuangan

Prospek dapat direvisi menjadi stabil jika perseroan dapat meningkatkan profil keuangannya ke tingkat yang sesuai dengan peringkat idA- secara berkelanjutan.
Foto aerial proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) Jabodebek, di kawasan Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Rabu (2/1/2019).Proyek LRT merupakan proyek infrastruktur perkeretapian yang digarap oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk. /Bisnis-Nurul Hidayat
Foto aerial proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) Jabodebek, di kawasan Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Rabu (2/1/2019).Proyek LRT merupakan proyek infrastruktur perkeretapian yang digarap oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk. /Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memangkas prospek untuk peringkat perusahaan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. dari stabil menjadi negatif.

Melalui keterangan resmi, Pefindo juga menyampaikan telah menegaskan peringkat idA- untuk Adhi Karya, Obligasi Berkelanjutan II Tahun 2017 dan Tahun 2019.

Penurunan prospek untuk peringkat perseroan dilakukan untuk mengantisipasi penurunan pada profil keuangan ADHI seiring dengan peningkatan pembiayaan investasi dalam proyek-proyek infrastruktur. 

Adhi Karya juga mencatat peningkatan dana awal untuk modal kerja karena tren pergeseran dari proyek-proyek pemerintah yang menggunakan skema turnkey. Skema ini mengharuskan kontraktor menalangi terlebih dahulu pembiayaan proyek.

Selain itu, penyebaran virus corona baru atau Covid-19 juga dinilai dapat berpotensi mengakibatkan keterlambatan pengerjaan proyek konstruksi. Hal ini disebabkan adanya pemberlakuan sejumlah aturan pembatasan fisik di sejumlah daerah.

“Akibatnya akan mempengaruhi pendapatan dan target penjualan properti Adhi Karya, sehingga melemahkan kinerja kredit secara keseluruhan,” tulis Pefindo melalui keterangan resmi, Senin (13/4/2020).

Pefindo menyatakan bahwa Adhi Karya sebagai obligor dengan peringkat idA memiliki kemampuan kuat dibandingkan obligor Indonesia lainnya dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Namun, perseroan dinilai akan mudah terpengaruh perubahan keadaan dan kondisi ekonomi.

Tanda kurang (-) dalam peringkat obligasi dari Pefindo menunjukan bahwa peringkat yang diberikan relatif lemah dan berada di bawah rata-rata kategori yang bersangkutan.

Adapun, peringkat perusahaan mencerminkan posisi emiten berkode saham ADHI itu yang dinilai cukup kuat di pasar konstruksi domestik. Perseroan juga dinilai memiliki keuntungan sebagai perusahaan konstruksi milik negara.

Selain itu, margin laba perseroan meningkat seiring dengan langkah diversifikasi bisnis dan proyek turnkey. Namun, peringkat tersebut dibatasi oleh leverage keuangan yang agresif dan perlindungan arus kas yang lemah, risiko terkait bisnis baru, serta sektor bisnis yang relatif tidak stabil.

Pefindo menyatakan peringkat itu akan diturunkan jika leverage keuangan ADHI menjadi lebih agresif dan rasio cakupan bunga melemah akibat investasi meningkat dan kebutuhan modal kerja yang dibiayai utang. 

Prospek dapat direvisi menjadi stabil jika perseroan dapat meningkatkan profil keuangannya ke tingkat yang sesuai dengan peringkat idA- secara berkelanjutan.

Dihubungi secara terpisah, Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Parwanto Noegroho mengatakan bahwa perubahan prospek menjadi negatif itu dipahami oleh manajemen karena perseroan berpotensi mengalami perlambatan pengerjaan konstruksi.

“Salah satu penyebab perubahan outlook ADHI menjadi negatif dikarenakan adanya perlambatan progres konstruksi dengan diberlakukan kebijakan physical distancing untuk mengantisipasi pencegahan covid yang bisa berdampak pada target pendapatan ADHI apabila penyebaran wabah semakin meninggi dan berkepanjangan,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (13/4/2020).

Parwanto menuturkan guna menjaga profil keuangannya, perseron akan melakukan sejumlah skema mitigasi risiko dampak Covid-19. Salah satunya adalah dengan pengurangan belanja modal sehingga menekan peningkatan pendanaan perseroan agar tidak terlalu agresif di tahun ini.

Perseroan semula mengalokasikan belanja modal sebesar Rp5,5 triliun pada tahun ini. Sebanyak Rp3,6 triliun rencananya digunakan untuk penambahan aset tetap, Rp1 triliun untuk proyek investasi, dan Rp600 miliar untuk penyertaan ke anak usaha.

“Belanja modal akan difokuskan hanya untuk proyek investasi. Sementara masih seperti itu strateginya, sambil melihat perkembangan lebih jauh terkait Covid-19,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper