Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah berpotensi melanjutkan penguatannya pada perdagangan pekan depan. Potensi itu bisa terjadi lantaran kembali naiknya kepercayaan investor terhadap pasar Indonesia di tengah pandemi corona atau Covid-19.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, pernyataan IMF bahwa Indonesia salah satu negara di Asia yang akan tahan terhadap resesi akibat pandemi Covid-19 mengakibatkan pasar kembali tertarik terhadap pasar Indonesia sehingga arus modal asing berpotensi akan kembali masuk ke pasar dalam negeri.
Selain itu, rencana pemerintah untuk menerbitkan tiga surat utang global senilai US$4,3 miliar atau setara Rp68,6 triliun dengan asumsi kurs Rp16.000 per dolar AS dan dengan tenor terpanjang 50 tahun juga direspon positif oleh pasar.
“Pernyataan baik oleh IMF maupun Pemerintah membawa angin segar bagi perekonomian dalam negeri dan semua tau bahwa fundamental ekonomi cukup bagus sehingga dalam perdagangan Senin (13/4/2020) kemungkinan akan diperdagangkan menguat di level Rp15.700-Rp16.000 per dolar AS,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Minggu (12/4/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan akhir pekan, Kamis (9/4/2020), rupiah berhasil parkir di level Rp15.880 per dolar AS, melesat 2,28 persen. Kinerja tersebut pun menjadi yang terbaik di antara mata uang Asia lainnya.
Selain itu, kinerja harian itu menjadi kinerja terbaik rupiah sejak 7 Oktober 2015, yang kala itu rupiah terapresiasi 3,1 persen. Adapun, sepanjang pekan ini rupiah berhasil menguat 3,66 persen terhadap dolar AS, lagi-lagi menjadi kinerja terbaik di antara mata uang Asia lainnya.
Baca Juga
Secara year to date, rupiah telah bergerak melemah sekitar 13 persen.
Di sisi lain, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini berada di level undervalued atau berada di bawah dari nilai seharusnya secara fundamental. Dia mengharapkan rupiah dapat melanjutkan kenaikan tajamnya terhadap dolar AS dan bergerak di kisaran Rp15.000 per dolar AS.
“Penguatan rupiah pada perdagangan Kamis (9/4/2020) yang lebih dari 2 persen terhadap dolar AS adalah mosi kepercayaan dari pasar setelah otoritas membuat kebijakan merespon pandemi Covid-19”, ujar Perry seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (12/4/2020).
Perry pun mengatakan bahwa saat ini risiko terhadap ekonomi global sudah mulai mereda.
Chang Wei Liang, ahli strategi makro di DBS Group Holdings Ltd. di Singapura, mengatakan bahwa rupiah mendapatkan katalis yang sangat positif setelah pengumuman obligasi global Indonesia bertenor 50 tahun dan stimulus kredit senilai US$60 miliar dari New York Federal Reserve.
“Pandangan saya adalah bahwa valuasi rupiah terhadap dolar AS yang sangat undervalued sebelumnya kini telah terkoreksi, dan akhirnya rupiah bisa lebih dekat dengan nilai wajarnya sekarang,” ujar Chang