Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah diparkir menguat 2,28 persen ke level Rp15.880 pada perdagangan pekan pertama April.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau menyentuh level Rp15.880 per dolar AS pada penutupan Kamis (9/4/2020). Mata uang nasional terapresiasi 370 poin atau 2,28 persen dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Adapun, indeks dolar AS pada pukul 16.50 WIB terpantau melesu 0,11 persen atau 0,115 poin menjadi 100,004.
Sebelumnya pada perdagangan Rabu (8/4/2020), nilai tukar mata uang rupiah ditutup di level Rp16.250 per dolar AS dengan pelemahan sebesar 50 poin atau 0,31 persen.
Rupiah mulai rebound dari pelemahannya pada Kamis dengan dibuka terapresiasi ke level Rp16.202 per dolar AS. Penguatan hari ini merupakan yang paling signifikan dalam seminggu terakhir.
Penguatan rupiah hari ini menyusul pernyataan dari Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang optimis nilai tukar rupiah dapat mencapai level Rp15.000 per dolar AS pada akhir 2020.
Perry mengatakan bila dihitung secara fundamental, dengan inflasi terkendali, defisit transaksi berjalan, dan perbedaan suku bunga dalam luar negeri, nilai tukar rupiah masih cenderung undervalue. Hal tersebut juga menunjukkan keyakinan BI nilai tukar rupiah dapat bergerak stabil ke arah Rp15.000 per dolar AS di akhir tahun.
Selain itu, Bank Indonesia juga memperkirakan skenario pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 dalam skenario terberat yakni tumbuh 2,3 persen year on year (yoy).
Perinciannya, proyeksi pertumbuhan ekonomi setiap kuartal ialah kuartal I/2020 sebesar 4,7 persen yoy, kuartal II/2020 tumbuh 1,1 persen yoy, kuartal III/2020 meningkat 1,3 persen yoy, dan kuartal IV/2020 semakin tumbuh menuju 2,4 persen.
"Kita lihat puncak ekonomi tertekan pada kuartal II/2020, kemudian setelah itu berangsur membaik hingga kuartal IV/2020," katanya Kamis (9/4/2020).
Di sisi lain, Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan penguatan rupiah berkat ditopang oleh penguatan pasar saham Amerika Serikat. Pasar merespon positif pidato Donald Trump yang optimis ekonomi Paman Sam bisa bangkit lagi setelah masa puncak wabah berlalu.
“Kemungkinan rilis stimulus tambahan pemerintah AS dan pemerintah lainnya [menjadi sentiment positif]. Sebagian nilai tukar emerging seperti SGD, PHP, MYR, KRW, ZAR dan juga IDR pun menguat terhadap dollar AS,” katanya kepada Bisnis pada Kamis (9/4).
Sementara itu, Commerzbank AG memprediksi akan adanya keuntungan dari pelemahan dolar AS terhadap mata uang di Asia, di antaranya adalah nilai tukar rupiah.
Analis Currency and Emerging-Market Commerzbank AG di Singapura Hao Zhou mengatakan masih menjaga prediksi untuk mata uang Asia yang disampaikan dari awal tahun. Pihaknya masih berharap akan adanya pemulihan kerugian yang disebabkan oleh Covid-19.
"Bagaimanapun, dolar AS telah kehilangan keuntungan hasil yang telah lama dipegangnya karena Federal Reserve telah menurunkan suku bunganya,” ujarnya seperti dilansir melalui Bloomberg.
Terlepas dari volatilitas mata uang emerging market di Asia akibat pandemi Covid-19 dan perang harga minyak, Commerzbank AG mengharapkan terjadi penguatan mata uang Asia. Penyebaran Covid-19 di Negeri Paman Sam diperkirakan membuat penguatan dolar AS menjadi terbatas.
Imbasnya, nilai tukar rupiah diperkirakan akan menguat ke level Rp14.900 per dolar AS pada akhir 2020.