Bisnis.com, JAKARTA – PT Adhi Karya (Persero) Tbk. dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. berencana mengurangi pengeluaran untuk belanja modal seiring dengan dampak negatif yang timbul dari penyebaran virus corona (Covid-19).
Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Parwanto Noegroho mengatakan fokus belanja modal perseroan akan diatur ulang. Total belanja modal yang dialokasikan pada tahun ini semula mencapai Rp5,5 triliun.
Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp3,9 triliun di antaranya akan digunakan untuk pembelian aset tetap. Selain itu, perseroan menganggarkan Rp1 triliun untuk proyek investasi dan Rp600 miliar untuk penyertaan modal ke anak usaha.
“Belanja modal sedang dikaji dengan mengutamakan belanja modal yang bisa men-generate revenue dan arus kas. Belanja modal akan difokuskan hanya untuk proyek investasi,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (7/4/2020).
Dia menuturkan rencana perampingan struktur belanja modal merupakan bagian dari perencanaan yang dikaji dalam financial stress test. Perseroan mempertimbangkan sejumlah skenario buruk yang bisa terjadi akibat pandemi virus corona.
Parwanto mengatakan dalam jangka pendek perseroan akan mengoptimalisasi biaya operasi. Emiten bersandi saham ADHI itu juga mengalihkan sebagian anggaran untuk biaya penanggulangan virus corona.
Baca Juga
Meski begitu, dia mengatakan dampak corona terhadap kinerja keuangan masih dapat tertangani. Untuk periode kuartal I/2020, perseroan masih dapat menambal keuangan lewat arus kas dari pendapatan usaha yang diperoleh pada periode kuartal IV/2019 dan Januari 2020.
Di lain pihak, Sekretaris PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Mahendra Vijaya juga mengatakan perseroan tengah mengkaji perampingan struktur belanja modal pada tahun ini. Tahun ini, Wijaya Karya menganggarkan belanja modal lebih kurang Rp11,5 triliun.
Dia menerangkan perseroan masih melakukan kajian sensitivitas untuk menghadapi dampak virus corona dalam skala ringan hingga paling berat. Perseroan akan melakukan efisiensi biaya usaha, termasuk mengkaji belanja modal yang berasal dari kas.
“Diantaranya dengan melakukan efisiensi biaya usaha serta mengupayakan cash in. Belanja modal yang mengambil dari sumber kas juga akan dievaluasi, untuk jenisnya yang mana masih dalam kajian,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (7/4/2020).
Menurut Mahendra, WIKA juga berupaya untuk mendatangkan arus kas penerimaan dari tagihan yang dimiliki, sesuai dengan kontraknya. Meski kondisi tahun ini diyakini cukup berat, dia menyatakan perseroan tetap optimistis dapat menjaga posisi kas tetap positif pada akhir 2020.
“Masih dalam kajian itu [jumlah tagihan] dan kami juga masih menunggu sampai berapa lama kondisi Covid-19 ini. Semuanya tergantung juga dari kondisi dan kebijakan pemerintah, karena perubahannya juga cepat,” jelasnya.
Dihubungi terpisah, Analis PT Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan mengatakan bahwa penurunan alokasi belanja modal di tengah pandemi virus corona adalah langkah wajar. Menurutnya, memaksakan belanja modal terlalu besar justru akan mendatangkan marabahaya.
“Terutama untuk konstruksi ya, kalau dipaksakan modal kerja tetap tinggi malah semakin tinggi risikonya. Kita tahu sekarang bahwa konstruksi tidak bisa beroperasi maksimal karena wabah ini,” ucapnya kepada Bisnis, Selasa (7/4/2020).
Dennies berpendapat belanja modal untuk proyek-proyek konstruksi berjangka panjang dan membutuhkan nominal besar bisa ditunda. Terlebih jika skema pembayaran proyek tersebut adalah proyek turnkey.