Bisnis.com, JAKARTA – Mirae Asset Sekuritas menaikan rekomomendasi atas saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) atau BBRI dari hold menjadi buy.
Lee Young Jun, Mirae Asset Sekuritas menuturkan pihaknya melihat laju pertumbuhan laba BBRI akan tetap lamban pada tahun-tahun mendatang. Pasalnya perusahaan dibayangi biaya provisi yang lebih tinggi.
Berdasarkan laporan pendapatan perseroan per Februari 2020, bank yang kuat dengan pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah itu baru membukukan pendapatan sebesar Rp2,59 triliun. Menurun 0,5 persen secara tahunan (y-o-y) atau turun 1,6 persen dibanding Januari lalu (m-t-m). Meski begitu, Sepanjang tahun berjalan (y-t-d), bank pelat merah tersebut sudah mencatatkan pendapatan Rp5,23 triliun, naik 2,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Dengan kondisi ini, maka jika dibuatkan estimasi tahunan, BBRi diperkirakan akan tetap tumbuh solid dengan pertumbuhan pendapatan 14,4. Jumlah pendapatan ini diperkirakan disumbang dari kenaikan pendapatan non-bunga sebesar 43,6 persen dan peningkatan pendapatan bunga bersih 5,9 persen.
“Hal ini sudah cukup membuat Mirae Asset Sekuritas merevisi rekomendasi dari hold (tahan) menjadi buy (beli) saham BBRI dengan target harga Rp4.020,” ulas Young dalam riset yang dirilis Jumat, (3/4/2020).
Dengan target ini, maka Mirae memperkirakan P/B BBRI mencapapi 2,1 kali estimasi BPS selama 12 bulan ke depan. Meski merekomendasikan buy, Young memberikan sejumlah catatan atas risiko yayng mungkin muncul seperti intervensi pemerintah yang tidak menguntungkan, wabah virus corona atau Covid-19 yang berkepanjangan dan pengetatan likuiditas di pasar yang dapat menekan perusahaan.
Mirae mencatat pertumbuhan pinjaman BBRI secara tahunan meningkat 7,1 persen dengan pertumbuhan deposito pun ikut naik 12,1 persen. Meski begitu sejak 2019, BBRI telah memangkas suku bunga deposito berjangka sebesar 50bps, sementara suku bunga simpanan khusus menyusut karena suku bunga yang lebih rendah.
Seiring pemangkasan suku bunga deposito, BBRI juga menurunkan suku bunga pinjaman komersial kecil namun masih mempertahankan suku bunga pinjaman lainnya. Young menilai dibandingkan dua bank pelat merah lainnya yakni Bank Negara Indonesia (BBNI) dan Bank Mandiri (BMRI), Mirae menilai BBRI memiliki daya tahan yang lebih tinggi. Manajemen juga tampak cukup percaya diri di segmen mikro karena peminjam mikro BBRI masih mampu bertahan di kondisi sulit seperti wabah saat ini.
Disebutkan, 33,3 persen dari peminjam segmen mikro bekerja di sektor pertanian, dan sisanya bergerak di sektor kebutuhan dasar. Meski tetap terpapar risiko, BBRI berencana untuk menawarkan relaksasi tenggang waktu kepada peminjam segmen mikro yang akan terkena dampak tanpa meningkatkan risiko dengan menyalurkan pinjaman baru. Sedangkan untuk segmen KUR (Kredit Usaha Rakyat), BBRI masih menunggu keputusan pemerintah.
Terakhir, BBRI memiliki eksposur pinjaman valas sebesar 11 persen yang terdiri dari 50 persen ekspor dan 50 persen impor. Young meyakini depresiasi rupiah kemungkinan besar mempengaruhi 50 persen importir. Tetapi karena 70 persen importir adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sekuritas percaya bahwa pinjaman dengan risiko jangka menengah relatif kecil.