Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Walau Tertekan, Penjualan Emiten Batu Bara Tetap Moncer

United Tractors, Bumi Resources, dan Golden Energy Mines mencetak pertumbuhan penjualan batu bara di atas 5 persen dalam periode dua bulan 2020.
Aktivitas pertambangan batu bara kelompok usaha PT Indo Tambangraya Megah Tbk. /itmg.co.id
Aktivitas pertambangan batu bara kelompok usaha PT Indo Tambangraya Megah Tbk. /itmg.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah banyaknya sentimen negatif yang mengeruhkan prospek kinerja emiten pertambangan batu bara, sejumlah emiten berhasil membukukan kinerja penjualan yang cukup impresif pada dua bulan pertama tahun ini.

PT United Tractors Tbk. (UNTR) mencatatkan penjualan batu bara sebesar 1,87 juta ton pada periode dua bulan pertama tahun ini. Jumlah tersebut naik 13,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama lalu sebesar 1,65 juta.

Sementara itu, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) yang berhasil membukukan penjualan hingga 14,3 juta ton pada Januari-Februari 2020 lebih tinggi 7,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 13,1 juta ton.

Tidak hanya itu, PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) membukukan penjualan batu bara sebesar 5,99 juta ton dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membukukan penjualan batu bara sebesar 4,7 juta ton.

Padahal, sentimen penyebaran virus corona atau COVID-19 semakin meluas dan telah membuat importir batu bara utama seperti China dan India melakukan aksi lockdown untuk membatasi penyebaran pandemi tersebut.

Direktur & Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan bahwa sejauh ini produksi dan penjualan perseroan telah berjalan normal bahkan mencetak kenaikan penjualan meskipun dibayangi sentimen tersebut. Perseroan pun optimistis dapat menjaga kinerja penjualan dua bulan pertama itu berlanjut hingga menutup kuartal pertama tahun ini.

“Kami akan menjaga kinerja ini hingga Maret bahkan hingga April jika itu memungkinkan. Tetapi kami akan tetap mengkaji ulang dampak pandemi terhadap kinerja, dan akan menyesuaikan target dan panduan jika diperlukan,” ujar Dileep kepada Bisnis

Senada, Sekretaris Perusahaan Golden Energy Mines Sudin Sudirman mengatakan bahwa kendati kontribusi pasar India dari keseluruhan penjualan pada tahun lalu sebesar 24 persen, sentimen itu belum mempengaruhi kinerja perseroan.

“Belum ada pengaruhnya, karena kontrak penjualan biasanya sudah kami signed sebelumnya. Namun, kami akan selalu mengamati perkembangan lebih lanjut,” ujar Sudin kepada Bisnis.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Hadis Surya mengatakan bahwa perseroan saat ini akan membidik pasar baru sebagai antisipasi dari lockdown yang terjadi di India. Pasalnya, kontribusi pasar India dari keseluruhan penjualan adalah sebesar 40 persen.

“Kami harus merevisi rencana tujuan penjualan dari India ke negara lain seperti Taiwan salah satunya dan menggenjot pasar domestik,” ujar Hadis kepada Bisnis.

Meskipun penjualan batu bara pada dua bulan pertama cukup baik, perseroan telah melakukan beberapa efisiensi untuk mengimbangi tekanan dan prospek industri batu bara yang akan melemah sejalan dengan prospek perlambatan ekonomi global.

Selain itu, emiten grup Astra United Tractors, walaupun belum merasakan dampak yang signifikan dari sentimen penyebaran COVID-19, perseroan akan mengkaji ulang strategi penjualan batu bara.

Investor Relations United Tractors Ari Setiyawan mengatakan bahwa saat ini perseroan tengah mengkaji strategi penjualan batu bara yang akan lebih optimal untuk mendatangkan profit di tengah kondisi makro saat ini.

“Kami sedang review apakah jual dengan kontrak atau jual di spot, mana yang paling optimal. Kondisinya bisa berubah, misalnya kalau proyeksi ke depan harga batu bara meningkat tentu lebih menguntungkan jual di spot, dan sebaliknya kalau ke depan proyeksinya turun, lebih menguntungkan melalui mekanisme kontrak,” ujar Ari seperti kepada Bisnis.

Adapun, pada perdagangan Selasa (31/3/2020) harga batu bara newcastle untuk kontrak April 2020 bergerak melemah 0,85 persen ke level US$68,4 per ton. Padahal, pada perdagangan pekan lalu, batu bara sempat kembali menguat dan bergerak di kisaran US$70 per ton.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu mengatakan sepanjang kuartal pertama tahun ini pihaknya belum melihat adanya penurunan volume permintaan secara signifikan. Namun, emiten batu bara harus lebih berhati-hati pada kuartal kedua tahun ini.

Dia mengatakan bahwa melihat adanya sinyal kenaikan harga batu bara dalam beberapa perdagangan terakhir, pihaknya optimistis harga batu bara global mampu stabul hingga akhir tahun ini.

“Meski demikian, secara jangka pendek, sepanjang pandemi masih berjalan dengan negara-negara produsen dan konsumen terbesar batubara yaitu China, India dan beberapa negara Asia Tenggara masih dalam kondisi waspada, maka harga masih akan fluktuatif,” ujar Dessy kepada Bisnis.

Secara sektoral, Dessy masih cenderung neutral untuk saham emiten batu bara. Namun, dia tetap merekomendasikan buy untuk saham emiten yang memiliki yield dividen tinggi seperti ITMG dan PTBA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper