Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebab BUMI Catatkan Penurunan Laba Hingga 96 persen

Perseroan membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$6,84 juta, turun drastis 96,89 persen dibandingkan dengan perolehan tahun sebelumnya sebesar US$220,41 juta.
PT Bumi Resources Tbk/Istimewa
PT Bumi Resources Tbk/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tambang PT Bumi Resources Tbk. mencatatkan penurunan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2019 hingga 96,89 persen secara year on year.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (30/3/2020), perseroan membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$6,84 juta, turun drastis 96,89 persen dibandingkan dengan perolehan tahun sebelumnya sebesar US$220,41 juta.

Bahkan, perseroan mencatatkan rugi sebelum pajak penghasilan sebesar US$19,01 juta dibandingkan dengan laba sebelum pajak penghasilan pada 2018 sebesar US$166,8 juta.

Lebih lanjut, pendapatan perseroan pada 2019 naik moderat menjadi US$1,112 miliar dengan beban pokok pendapatan sebesar US$1,007 miliar jdibandingkan dengan perolehan pada tahun sebelumnya sebesar US$1,111 miliar dengan beban pokok pendapatan sebesar US$1,001 miliar.

Di sisi lain, perseroan membukukan jumlah aset sebesar US$3,7 miliar turun 5,2 persen dibandingkan dengan aset pada 2018 sebesar US$3,9 miliar. Kendati demikian, total liabilitas perseroan berhasil turun 6,2 persen menjadi US$3,19 milar dari US$3,4 miliar pada tahun sebelumnya.

Sementara itu, laporan keuangan perseroan berdasarkan metode konsolidasi sebelum penerapan PSAK 66, perseroan mencatatkan laba bersih pada 2019 sebesar US$103 juta, turun 72 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar US$376 juta.

Direktur & Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan bahwa penurunan laba disebabkan oleh membengkaknya pajak penghasilan yang harus dibayarkan perseroan pada tahun lalu sebesar US$157 juta.

“Penurunan laba juga disebabkan adanya penyesuaian pembayaran non tunai dari subsidi sektor non batubara,” ujar Dileep saat dihubungi Bisnis.com, Senin (30/3/2020).

Selain itu, penurunan harga batu bara hingga 13 persen secara year on year mendorong pendapatan perseroan pada 2019 turun 5,4 persen dari perolehan 2018 sebesar US$4,92 miliar, menjadi hanya sebesar US$4,65 miliar.

Walaupun demikian, perseroan telah menjual sekitar 87,7 juta ton batu bara sepanjang 2019, menjadi level tertinggi penjualan perseroan sepanjang sejarah. Pada 2018, perseroan menjual batu bara sebanyak 80,6 juta ton.

Tahun ini, perseroan menargetkan produksi batu bara naik 5 persen daripada capaian pada 2019 sebesar 87 juta ton atau di kisaran 90 juta - 95 juta ton.

Hingga Februari 2020, BUMI telah berhasil membukukan produksi 14,3 juta ton, naik 7,8 persen dibandingkan dengan perolehan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 13,1 juta ton. Adapun, sebanyak 70 persen dari total penjualan tersebut merupakan penjualan ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper