Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. membukukan laba bersih sebesar US$6,98 juta ada 2019, berbalik dari posisi rugi pada 2018 sebesar US$231,15 juta.
Berdasarkan laporan keuangan 2019, emiten berkode saham GIAA ini membukukan laba bersih yang diperoleh dari kenaikan pendapatan sebesar 5,59 persen menjadi US$4,57 miliar. Peningkatan pendapatan disumbang oleh oleh pertumbuhan penerbangan berjadwal dan pendapatan lainnya.
Pertumbuhan pendapatan itu juga diiringi dengan penyusutan beban usaha sebesar 4,02 persen menjadi US$4,4 miliar. Penurunan ini dikontribusi oleh efisiensi sejumlah beban, seperti beban operasional penerbangan, beban pemeliharaan dan perbaikan, serta beban bandara.
Kendati demikian, pendapatan usaha lainnya cukup tertekan lantaran adanya rugi selisih kurs bersih yang mencapai US$32,6 juta. Kondisi ini berbanding terbalik dengan tahun sebelumnya saat perseroan mencatatkan keuntungan selisih kurs sebesar US$28,36 juta.
Beban keuangan juga tercatat meningkat sekitar lebih dari US$10 juta menjadi US$139,99 juta. Adapun, pada tahun sebelumnya, beban keuangan tercatat sebesar US$127,5 juta.
Peningkatan pendapatan dan efisiensi ini terjadi di tengah aset dan liabilitas mengalami peningkatan. Aset tercatat meningkat 7,22 persen menjadi US$4,45 miliar. Sementara itu, liabilitas meningkat 6,24 persen menjadi US$3,73 miliar.
Liabilitas perseroan masih didominasi utang liabilitas jangka pendek sebesar US$3,25 miliar, naik 6,42 persen secara tahunan. Peningkatannya terjadi karena terjadi kenaikan pada utang usaha utang pajak, dan liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo dalam 1 tahun.
Perseroan tercatat memiliki pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahuns sebesar US$141,77 juta.