Bisnis.com, JAKARTA – Pandemi virus corona atau Covid-19 menghadirkan hambatan besar bagi rencana ekspansi maupun kegiatan operasional PT Waskita Beton Precast Tbk. pada tahun ini.
Direktur Keuangan Waskita Beton Precast Anton Nugroho menuturkan perseroan tahun ini berencana mengembangkan tiga pabrik yang berlokasi di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Bojanegara, Banten, dan Gasing, Sumatra Selatan. Namun, proses pengembangan pabrik tersebut terganggu masalah impor peralatan dari China yang tersendar.
“Ada sedikit hambatan di pabrik Bojo dan di Gasing disebabkan beberapa peralatan yang digunakan pada pabrik diimpor dari China,” ujarnya kepada Bisnis.com, Jumat (29/3/2020).
Dia menjelaskan mulanya pabrik di Penajam Paser Utara dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasokan box girder untuk jembatan proyek jembatan Tol Balikpapan. Pengembangan pabrik kemudian dilakukan seiring adanya rencana Ibu Kota Negara (IKN) sejak pertengahan 2019.
Pabrik kemudian dikembangkan untuk menghasilkan produk Area Putra dan Pre Tenssion. Pabrik ini juga akan digunakan untuk memproduksi modular yang diperlukan dalam proyek IKN.
Untuk kebutuhan ekspansi tersebut, perseroan awalnya mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure sebesar Rp390 miliar. Adpaun, untuk mendanai belanja modal tersebut perseroan akan menarik pinjaman lewat obligasi maupun pinjaman bank, dan menggunakan kas internal.
Baca Juga
Anton menyebutkan bahwa perseroan mulanya berencana menggalang dana lewat obligasi senilai Rp1 triliun. Namun demikian, dengan perkembangan saat ini ada kemungkinan penggalangan dana akan dialihkan ke pinjaman bank saja. Hal ini akan dilakukan apabila kebutuhan dana tidak sebesar yang diperkirakan di awal.
“Untuk pinjaman saat ini sedang didiskusikan dengan beberapa pihak perbankan, sedangkan obligasi sedang dalam tahap persiapan dan diskusi dengan lembaga pendukung,” katanya.
Selain berdampak pada rencana ekspansi, pandemi corona memengaruhi kegiatan bisnis perseroan. Meski masih mengkaji seberapa besar dampaknya terhadap kinerja keuangan, Anton mengatakan bahwa sejauh ini perseroan telah menyiapkan sejumlah strategi alternatif.
Dia menjelaskan salah satu hambatan terbesar adalah berkurangnya pasokan material yang diimpor dari negara terdampak. Selain itu, hambatan besar lainnya adalah pemberhentian beberapa proyek yang tengah digarap perseroan.
Perseroan, lanjutnya, telah melakukan antisipasi dengan memperbanyak stok bahan baku impor lebih banyak. Hal ini dilakukan sebelum adanya pembatasan ataupun perlambatan dari negara penyuplai bahan baku tersebut.
“Kinerja akan berdampak dari pemberhentian beberapa proyek serta material yang diimpor dari negara yang terdampak. Tapi kami masih memiliki orderbook carryover dari tahun sebelumnya untuk progres pendapatan di kuartal I/2020 yang mencapai Rp8,9 triliun,” katanya.
Sepanjang 2019, emiten berkode saham WSBP ini membukukan laba bersih sebesar Rp806,14 miliar. Torehan ini mengalami penurunan 26,94 persen terhadap laba bersih pada 2018 yang mencapai Rp1,1 triliun. Penurunan terjadi seiring pendapatan yang menyusut 15,35 persen secara tahunan.