Bisnis.com, JAKARTA—Tidak seperti bursa Asia lainnya yang tersengat sentimen The Federal Reserve, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Selasa (24/2/2020) dengan penurunan 1,30 persen.
IHSG parkir di level 3.937,63 setelah turun 51,88 poin atau 1,30 persen dibandingkan akhir perdagangan hari sebelumnya. Hingga sesi pertama berakhir, IHSG sempat menunjukkan penguatan bahkan mencapai level 4.123,56. Namun laju penguatan tak bertahan lama. Pada perdagangan hari ini, tercatat, investor asing melakukan aksi jual bersih mencapai Rp631,35 miliar.
Sementara itu saham-saham bank pelat merah tak mampu mengikuti jejak saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang menguat 1,58 persen. Di akhir perdagangan emiten bank BUMN kompak memerah berturut-turut BMRI (-6,99 persen), BBRI (-6,87 persen), dan BBNI (-6,78 persen)
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan indikator RSI (Relative Strength Index) — indikator teknikal untuk mengukur besaran perubahan harga dalam periode tertentu — telah menunjukkan jenuh jual atau oversold pada saham BBCA sehingga peluang pembentukkan fase akumulasi dalam rangka membentuk pola uptrend pada pergerakan harga saham terbuka lebar.
Adapun, mengenai penguatan IHSG di awal perdagangan, Nafan mengatakan hal tersebut merupakan efek domino ekonomi yang positif dari penguatan bursa di regional Asia, serta penguatan beberapa indeks futures.
Penguatan tersebut, tambahnya, dipengaruhi oleh katalis positif dari menguatnya harga minyak dunia, disertai dengan adanya potensi kerjasama antara AS dengan Arab Saudi dalam rangka menstabilkan harga minyak dunia.
Baca Juga
Di sisi lain, Nafan menilai para pelaku pasar mengapresiasi pidato Trump yang berkomitmen untuk mengeluarkan berbagai kebijakan stimulus untuk menghadapi efek negatif penyebaran Covid-19 di sektor pasar finansial.
“Meskipun demikian, aksi profit taking serta perkembangan penyebaran COVID-19 secara agresif menyebabkan IHSG ditutup di zona negatif mulai dari sesi 1,” tuturnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (24/3/2020)
Seperti dikutip dari Bloomberg, sebelumnya Bank Sentral AS telah menawarkan pembiayaan langsung kepada perusahaan yang terdampak wabah virus corona. The Fed akan membeli obligasi dalam jumlah yang tidak terbatas untuk menekan biaya pinjaman dan meningkatkan aliran kredit ke perusahaan dan pemerintahan daerah di AS.
Seiring dengan sentimen tersebut, indeks Topix ditutup menguat 3,18 persen atau 41,09 poin ke level 1.333,10 pada akhir perdagangan hari ini, sedangkan Nikkei 225 ditutup melonjak 7,13 persen atau 1.204,57 poin ke level 18.092,35.
Sementara itu, bursa saham lainnya di Asia juga menguat. Indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China menguat masing-masing 2,34 persen dan 2,69 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan naik 8,6 persen.