Bisnis.com, JAKARTA – Pasar saham global kompak rebound dan naik tajam pada perdagangan siang ini, Selasa (24/3/2020), didorong meningkatnya minat investor terhadap aset-aset berisiko.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks futures Euro Stoxx 50 melonjak 4,8 persen. Sementara itu, indeks futures S&P 500 melesat 4,5 persen pada pukul 4.08 sore waktu Tokyo (pukul 14.08 WIB), setelah indeks acuan S&P 500 tersungkur 2,9 persen di New York pada perdagangan Senin (23/3/2020).
Pada saat yang sama, indeks MSCI Asia Pacific melonjak 4,9 persen dan indeks Topix Jepang naik tajam 3,2 persen siang ini.
Indeks saham lain di Hong Kong dan Sydney juga menanjak sedikitnya 3 persen masing-masing. Adapun, indeks saham Korea Selatan melejit hampir 9 persen setelah pemerintah Korsel mengumumkan langkah-langkah untuk menstabilkan pasar keuangan.
Sebaliknya, dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang negara maju dan berkembang, menunjukkan tanda-tanda tentatif dari berkurangnya tekanan setelah terapresiasi tajam.
Nasib dolar AS berubah drastis setelah bank sentral Federal Reserve AS mengumumkan stimulus terbaru, yang mendorong pelaku pasar memburu aset-aset berisiko dan melepaskan greenback.
Baca Juga
Pada Senin (23/3/2020), The Fed mengumumkan gelombang inisiatif kedua bernilai besar-besaran untuk mendukung perekonomian AS.
Inisiatif yang dimaksud mencakup pembelian obligasi dalam jumlah tak terbatas guna menjaga biaya pinjaman tetap rendah serta menyiapkan program-program guna memastikan aliran kredit ke perusahaan-perusahaan juga pemerintah negara bagian dan lokal.
The Fed menyebutkan akan membeli obligasi Treasury dan surat berharga berbasis mortgage yang dikeluarkan badan pemerintah (agency mortgage-backed securities/MBS).
Baik obligasi Treasury dan agency MBS akan dibeli dalam jumlah yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran fungsi pasar dan transmisi kebijakan moneter yang efektif ke kondisi keuangan dan ekonomi yang lebih luas.
"Pasar akan mulai merasakan gelombang penuh likuiditas yang disediakan The Fed saat ini," tutur Nathan Sheets, kepala penelitian ekonomi makro di PGIM Fixed Income, seperti dilansir dari Bloomberg.
Namun, dari sisi fiskal, upaya sejumlah negara masih mandek. Kongres AS sejauh ini belum juga menemukan kesepakatan yang menuntaskan perbedaan pandangan kubu Demokrat dan Republik di dalamnya.
Didasarkan pengalaman ketidakpastian yang tak menentu, sebagian pelaku pasar memutuskan untuk mengambil sikap wait and see.
“Ada kemungkinan terjadi lebih banyak penurunan. Tidak terlalu banyak penurunan di titik ini, tetapi masih sedikit terlalu dini untuk mengharapkan segala sesuatu akan naik,” tutur Jingyi Pan, ahli strategi di IG Asia Pte di Singapura, kepada Bloomberg TV.