Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga pemeringkat Moody's Investors Service kembali menurunkan peringkat utang PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) menjadi Caa1 dari sebelumnya B3.
Mengutip keterangan resminya, Moody's juga menurunkan peringkat pada obligasi yang dikeluarkan oleh entitas anak usaha BUMI, Eterna Capital Pte. Ltd., yang jatuh tempo tahun 2022 dan dijamin oleh BUMI. Secara khusus, Moody's juga telah menurunkan peringkat obligasi seri A ke Caa1 dari B3, dan obligasi seri B ke Caa2 dari Caa1.
“Prospek peringkat tetap negatif,” tulis Moodys melalui keterangan resmi, Selasa (24/3/2020).
Direktur & Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan bahwa perseroan berkomitmen untuk terus melunasi semua kewajibannya.
Namun, secara global situasi ekonomi sangat tertekan yang juga diikuti oleh sektor energi dan sumber daya, meskipun harga minyak telah jatuh ke bawah level US$30 per barel dan harga batu bara masih bertahan di kisaran level akhir 2019, yaitu US$65 per ton hingga US$70 per ton.
“Lingkungan di sektor batubara berbeda dengan masa kejayaannya pada 2017 silam karena berbagai faktor yang di luar kendali siapa pun. Pandemi saat ini adalah faktor lain, tapi kami yakin bahwa BUMI akan memenuhi kewajibannya pada akhirnya begitu situasi makro membaik,” ujar Dileep saat dihubungi Bisnis, Selasa (24/3/2020).
Baca Juga
Dileep mengatakan bahwa fokus perseroan pada saat ini adalah keunggulan operasi dengan mengoptimalkan penjualan dan efisiensi biaya, memaksimalkan realisasi termasuk secara lokal, dan mempercepat peningkatan kontribusi pendapatan non batu bara melalui entitas anak usahanya, PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS).
Berdasarkan catatan Bisnis, BRMS berencana untuk memproduksikan sekitar 100.000 ton bijih pada 2020, dan 180.000 ton bijih pada 2021.
Di sisi lain, Hingga Februari 2020, BUMI telah berhasil membukukan 14,3 ton, naik 7,8 persen dibandingkan dengan perolehan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 13,1 ton. Adapun, sebanyak 70 persen dari total penjualan tersebut merupakan penjualan ekspor.
Sementara itu, total produksi perseroan berada di kisaran 7-7,5 juta ton per bulan pada periode Januari-Februari 2020. Tahun ini, perseroan menargetkan produksi batu bara naik 5 persen daripada capaian pada 2019 sebesar 87 juta ton atau di kisaran 91 juta ton.
Senior Vice President Research PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial menilai penurunan kembali peringkat utang BUMI wajar mengingat dalam jangka pendek sentimen penyebaran virus corona atau Covid-19 terhadap kinerja semua perusahaan, termasuk BUMI, akan signifikan.
Pembatasan perjalanan dan lockdown di daerah tertentu akan mempengaruhi arus kas perusahaan. Apalagi, sentimen itu telah membuat rupiah melemah tajam sehingga perusahaan dengan tingkat utang dolar AS yang tinggi akan terimbas negatif.
“Perusahaan dengan tingkat utang dolar AS yang sangat tinggi seperti BUMI dan arus kas rendah memang sulit untuk bergerak. Sekarang rupiah sudah menyentuh Rp16.500-an per dolar AS, jadi interest expense tambah berat lagi,” ujar Janson saat dihubungi Bisnis, Selasa (24/3/2020).
Janson juga menuturkan bahwa kemungkinan BUMI untuk menuntaskan semua kewajibannya akan semakin sulit dengan kondisi harga komoditas seperti batu bara dalam tekanan hingga setahun ke depan.
Dia merekomendasikan untuk jual saham BUMI dan menargetkan harga saham BUMI di level Rp75 per saham. Adapun, saham emiten batu bara ini parkir di level Rp50 per saham.