Bisnis.com, JAKARTA – Kendati industri batu bara turut terdampak penyebaran virus corona, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) menyatakan operasional tetap berjalan lancar.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (18/3/2020) harga batu bara kontrak April 2020 di bursa Newcastle terapresiasi 0,3 persen ke level US$66,5 per ton. Sepanjang tahun berjalan 2020, harga telah terkoreksi 5,94 persen.
Direktur & Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan bahwa sejauh ini produksi dan penjualan perseroan telah berjalan normal, bahkan mencatatkan peningkatan dibandingkan dengan tahun lalu.
Emiten berkode saham BUMI itu telah mencatatkan total produksi di kisaran 7 juta – 7,5 juta ton per bulan pada periode Januari hingga Februari 2020.
Tahun ini, perseroan menargetkan produksi batu bara naik 5 persen daripada capaian pada 2019 sebesar 87 juta metrik ton, atau terbesar di antara emiten sejenis lainnya.
Untuk penjualan, perseroan berhasil membukukan 14,3 juta ton, naik 7,8 persen dibandingkan dengan perolehan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 13,1 juta ton. Adapun, sebanyak 70 persen dari total penjualan tersebut merupakan penjualan ekspor.
Baca Juga
“Masih sesuai dengan ekspektasi, tetapi kami akan menilai dampak pandemi saat ini pada bulan depan dan akan mengambil tindakan jika diperlukan,” ujar Dileep saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (19/3/2020).
BUMI mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini sebesar US$50 juta hingga US$60 juta dari kas internal yang akan digunakan untuk pemeliharaan dan eksplorasi penting di tambang PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia.
Saat ini, hingga Kamis (19/3/2020), saham BUMI masih terjerembap di level Rp50 dengan kapitalisasi pasar Rp3,35 triliun. Price to Earning Ratio (PER) mencapai 2,38 kali.