Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dihantui Covid-19, Pasar Surat Utang Diprediksi Melemah Terbatas

Para pelaku pasar dan investor sedang mencermati dan mengamati situasi dan kondisi penyebaran Covid-19 yang melanda Indonesia.
ILUSTRASI OBLIGASI. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI OBLIGASI. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com,JAKARTA— Pasar surat utang atau obligasi berpotensi melemah terbatas di tengah situasi yang masih diwarnai oleh isu wabah virus corona saat ini.

Associate Direktur of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan pasar obligasi berusaha untuk mengalami kenaikan. Namun, kenaikan yang terjadi menurutnya hanya sementara.

“Masuknya Bank Indonesia ke dalam pasar obligasi dan mata uang memang membuat pasar obligasi mengalami penguatan namun kami melihat itu semua hanyalah sementara,” jelasnya dalam riset, Senin (23/3/2020).

Maximilianus mengatakan para pelaku pasar dan investor sedang mencermati dan mengamati situasi dan kondisi penyebaran Covid-19 yang melanda Indonesia. Hal terpenting saat ini bagaimana penanganan di dalam negeri.

“Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini para pelaku pasar dan investor sedang menjaga tingkat likuiditasnya dalam jangka waktu pendek, namun bukan berarti mereka akan melewatkan kesempatan untuk masuk ke dalam pasar obligasi ketika pasar sedang memberikan imbal hasil yang tinggi,” ujarnya.

Dia menyebut pekan ini akan menjadi cukup sulit. Imbauan untuk bekerja dari rumah tentu sedikit banyak akan memberikan pengaruh terhadap transaksi saham dan obligasi.

Volume transaksi, lanjut dia, tentu saja menurun. Kendati demikian, hal itu dapat memberikan ketenangan sementara waktu bagi pasar obligasi dan saham.

Maximilianus memproyeksikan pasar obligasi akan dibuka melemah pada pagi ini, Senin (23/3/2020). Namun, potensi pelemahan masih terbatas.

“Keterbatasan [pelemahan] ini datang dari usaha Bank Indonesia untuk melakukan intervensi dan beberapa investor yang sudah mulai masuk ditengah tingginya imbal hasil. Namun tentu yang masuk juga tidak akan banyak, karena kami melihat ini belum puncak imbal hasil obligasi tertinggi,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper