Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aksi Bargain Hunting Bikin Saham-saham ini Menguat

Beberapa saham yang menjadi pendorong pergerakan IHSG hari ini adalah emiten di sektor pertambangan.
Petugas mengawasi proses penimbunan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Minggu (3/3/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Petugas mengawasi proses penimbunan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Minggu (3/3/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Saham-saham pertambangan menjadi salah satu penopang penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan hari ini.

Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat terjun bebas dan menyentuh level 3.925, 60, tetapi akhirnya ditutup menguat 2,18 persen ke level 4.194,94 naik 89,52 poin.

Beberapa saham yang menjadi pendorong pergerakan IHSG hari ini adalah emiten di sektor pertambangan. PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) misalnya, tercatat meningkat 21,21 persen ke level Rp1.800 per saham.

Selain itu, anak usaha PT Astra International Tbk., PT United Tractors Tbk. (UNTR) juga meningkat signifikan 17,86 persen. Saham UNTR melompat 2.250 poin ke level Rp14.850 per saham.

Dua emiten pertambangan lain, PT J Resources Asia Pasifik Tbk. (PSAB) dan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) juga masuk jajaran top gainers. Masing-masing saham tersebut menguat 3,96 persen dan 3,31 persen.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menjelaskan kenaikan saham emiten pertambangan ataupun emiten yang terkait dengan industri minyak mendapatkan sentimen positif dari pergerakan harga minyak global.

“Kita melihat elihat emiten pertambangan atau oil-related menjadi penopang index dikarenakan harga minyak yang menguat 20 persen,” katanya kepada Bisnis.com, Jumat (20/3/2020).

Dia mengatakan bahwa sentimen positif juga timbul dari penguatan dolar AS. Emiten pertambangan diuntungkan oleh kondisi ini karena dinilai memiliki natural hedging berkat operasional kasnya yang menggunakan mata uang Negeri Paman Sam.

“Karena currency yang digunakan mereka adalah dolar AS, jadi perusahaan tambang di Indonesia dapat dikatakan memiliki natural hedge,” ujarnya.

Di sisi lain terjadi pula penguatan pada saham-saham di sektor konsumer dan perbankan. Namun, penguatan tidak terjadi pada banyak emiten di sektor itu, melainkan hanya pada market leader di sektor masing-masing.

Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya, menguat ke 1,83 persen ke level Rp23.675 per saham. Saham BBCA bahkan sempat menyentuh level Rp26.750 per saham pada pukul 14.50 WIB, setelah sempat turun ke Rp21.900 per saham pada awal perdagangan hari ini.

Kendati demikian, saham-saham big caps perbankan lainnya tidak mengalami tren yang sama. Saham BBRI, BMRI, dan BBNI justru tercatat mengalami koreksi masing-masing 4,10 persen, 6,89 persen, dan 6,91 persen.

Frankie menuturkan hal ini disebabkan oleh kondisi di mana investor mulai melakukan bargain hunting atau memburu saham-saham diskon, terutama pada market leader di sektor tertentu.

“Hal ini menyebabkan market leader pada sebuah sektor menjadi saham yang diincar sedangkan yang lain masih belum, hal yang sama terjadi pada saham BBCA tetapi belum pada emiten bank yang lain,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper