Bisnis.com, JAKARTA – PT Pembangunan Pemerintah (Persero) Tbk. membukukan laba bersih Rp930,32 miliar dan laba per saham Rp150 pada periode 2019. Sementara itu, pendapatan tercatat menurun dan beban meningkat.
Mengutip laporan keuangan 2019, laba bersih tersebut mengalami penurunan 38,06 persen secara year on year (yoy). Adapun, laba persaham turun, 38,02 persen dari Rp242 menjadi Rp150.
Penurunan laba tersebut sejalan dengan pendapatan usaha yang menurun 1,83 persen menjadi Rp24,65 triliun. Adapun, beban pokok pendapatan menurun 2,19 persen menjadi Rp21,17 triliun pada periode yang sama.
Total pendapatan yang masih lebih tinggi dari beban pokok membuat laba kotor mencapai Rp3,48 triliun. Laba kotor perseroan tumbuh tumbuh 0,39 persen dari torehan pada tahun sebelumnya senilai Rp3,47 triliun.
Meski begitu, laba bersih mengalami penurunan lantaran adanya kenaikan pada sejumlah pos beban, seperti beban keuangan dan beban lainnya. Perseroan juga menanggung beban amortisasi atau penyusutan nilai atas piutang, persediaan, aset proyek konsesi, dan aset minyak dan gas bumi yang berjumlah sekitar Rp200 miliar.
Perseroan juga mencatatkan kenaikan beban lainnya dan beban keuangan. Di sisi lain, pendapatan lainnya dan bagian laba ventura maupun laba entitas asosiasi juga menurun. Bahkan, laba entitas asosiasi menurun hingga menjadi negatif Rp107 miliar. Alhasil, laba bersih perseroan turun dari Rp1,5 triliun pada 2018 menjadi Rp930,32 miliar.
Baca Juga
Perolehan laba pada tahun lalu dihasilkan dari pengelolaan aset sebesar Rp59,16 triliun, naik 12,59 persen. Jumlah aset didominasi oleh aset lancar sebesar Rp41,7 triliun yang naik 11,11 persen. Adapun, aset tidak lancar tercatat senilai Rp17,46 triliun, naik 16,29 triliun.
Kenaikan aset diiriingi dengan kenaikan liabilitas sebesar 15,47 persen menjadi Rp41,83 triliun. Liabilitas jangka pendek tercatat naik 14,69 persen menjadi Rp30,49 triliun, sedangkan liabilitas jangka panjang naik 17,62 persen menjadi Rp11,34 triliun.
Dari sisi arus kas, perseroan membukukan kas bersih dari aktivitas operasi sebesar Rp300,14 milir, turun 58,09 persen. Hal ini terjadi akibat pembayaran kas kepada pemasok dan kontraktor, direksi, karyawan dan pihak ketiga lainnya meningkat. Peningkatannya lebih tinggi dari penerimaan kas dari pelanggan yang naik menjadi Rp24,44 triliun.
Sementara belanja modal atau kas bersih digunakan untuk aktivitas investasi mencapai Rp3,02 triliun, turun 18,37 persen dari tahun sebelumnya. Investasi lebih rendah seiring dengan menurunnya arus kas keluar pada beberapa pos, seperti penambahan investasi pada entitas asosiasi dan perolehan tanah yang akan dikembangkan.
Dari sisi pendanaan, perseroan membukukan arus kas masuk sebesar Rp3,19 triliun, naik 44,64 persen secara tahunan. Kenaikan ini didorong oleh penerimaan dari penerbitan obligasi, utang bank, dan untang non bank.
Meski arus kas operasi menurun, berkat peningkatan arus kas pendanaan dan realisasi belanja modal lebih rendah, perseroan membukukan saldo kas dan setara kas bersih pada akhir tahun lalu sebesar Rp9,10 triliun. Jumlah tersebut naik 5,29 persen dari posisi pada 2018 sebesar Rp8,64 triliun.
Sepanjang 2019, perseroan memperoleh kontrak baru senilai Rp33,54 triliun. Realisasi kontrak tersebut menurun dari nilai kontrak baru pada 2018 yang mencapai Rp43,49 triliun. Tahun ini, perseroan menargetkan kontrak baru senilai Rp40 triliun.