Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 1,05 persen atau 155 poin ke level Rp14.933 pada akhir perdagangan kemarin, Senin (16/3/2020).
Pukul 14.40 WIB, rupiah melemah 193 poin atau 1,26 persen ke level Rp15.125 per dolar AS. Ini merupakan capaian terendah sejak November 2018. Rupiah dan mata uang Asia lainnya cenderung tak berdaya menghadapi sentimen negatif karena kekagetan pasar akibat pemangkasan suku bunga Federal reserve secara tiba-tiba.
Menanggapi hal itu, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan pelemahan rupiah sebabkan meningkatnya kekhawatiran investor global akibat ketidakpastian wabah pandemik virus Corona (Covid-19).
"Semua negara yg bukan dikategorikan save haven mengalami pelemahan nilai tukar. Memang negara-negara yang mengalami CAD [current account deficit] cenderung mengalami pelemahan lebih besar," katanya ketika dihubungi, Selasa (17/3/2020).
Dia menilai BI sulit melakukan mitigasi di tengah kepanikan virus Corona yang melanda dunia, termasuk Indonesia saat ini.
Menurutnya, BI hanya bisa menjaga pergerakan rupiah agar tidak terlalu liar, yaitu dengan menerapkan triple intervention. Menurutnya, otoritas keuangan akan kesulitan menyetabilkan nilai tukar rupiah ke level Rp13.000 per dolar AS seperti beberapa waktu lalu.
Baca Juga
"Kalau untuk mengembalikan [nilai tukar] rupiah ke Rp13.900 per dolar AS, ya gak mungkin. Intervensi BI hanya untuk menahan dan mengendalikan pelemahan rupiah agar tidak liar, tidak turun drastis," ungkapnya.
Selain itu, Piter menuturkan BI bisa mengingatkan pemerintah agar tidak mencari peluang di tengah ketidakpastian di pasar keuangan. "BI bisa instruksikan khususnya kepada BUMN agar tidak melakukan spekulasi terhadap dolar. Hanya itu yang bisa dilakukan BI," ujar Piter.