Bisnis.com, JAKARTA – Sektor konsumer kerap dirujuk sebagai pilihan paling defensif di tengah volatilitas pasar. Salah satu emiten yang menjadi anomali di tengah kondisi pasar yang bergejolak adalah PT Siantar Top Tbk.
Dalam periode tahun berjalan, harga saham Siantar Top menguat 33,33 persen Rp6.000 per saham. Hari ini, Selasa (17/3/2020), saham Siantar Top tidak bergerak untuk kedua belas kali sejak awal Maret 2020. Namun, dalam enam hari terakhir, saham emiten bersandi STTP itu naik 73,24 persen.
Dari kinerja operasional, STTP berniat melanjutkan ekspansi dengan alokasi belanja modal Rp500 miliar s.d Rp550 miliar. Direktur Siantar Top Armin mengatakan dana itu akan dipergunakan untuk pembayaran kewajiban, pembelian lahan dan investasi lainnya.
“Kami membeli lahan di Surabaya, Jawa Timur seluas 8 hektare untuk mengembangkan bisnis, bisa juga untuk relokasi [pabrik]. Saat ini kami sedang melihat situasi dulu karena tidak mudah,” katanya kepada Bisnis,Selasa (17/3/2020).
Armin mengatakan, produsen makanan ringan 'Mie Gemez' itu berharap bisa mencetak pertumbuhan pendapatan 10 persen hingga 15 persen. Adapun pada 2019, pendapatan perseroan tumbuh 27 persen dengan jumlah pendapatan diestimasi Rp3,48 triliun.
Menurut Armin, penyebaran virus corona berpotensi menghambat penjualan ekspor. Adapun penjualan domestik diperkirakan tidak mengalami gangguan. Dia mengakui, ekspor produk ke China, Taiwan, dan Korea Selatan telah jauh berkurang. Di luar tiga negara itu, STTP membuka jaringan baru di wilayah Timur Tengah, Afrika, dan Australia.
“Tapi tidak akan mengganggu total pendapatan karena komposisi pasar ekspor hanya 10 persen,” ungkapnya.
Sementara itu, Head Of Research MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan di tengah kondisi pasar modal yang bergejolak saham-saham sektor konsumer bisa menjadi pilihan. Meski tidak secara spesifik merekomendasikan STTP, Edwin menilai saham-saham di sektor itu yang tetap bisa menunjukkan kinerja yang apik.
“Sektor yang menarik atau defensif saat ini adalah konsumer, ritel, telekomunikasi dan perbankan. Pasalnya, [produk] mereka masih sangat dibutuhkan,” tuturnya.