Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Masih Loyo, Investor Khawatir The Fed Kehabisan Peluru?

Langkah The Fed menurunkan bunga acuan ternyata belum berdampak terhadap penguatan IHSG.
Pengunjung berada didekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di lantai Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Jumat (13/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Pengunjung berada didekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di lantai Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Jumat (13/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com,JAKARTA — Kebijakan Federal Reserve atau The Fed memangkas Fed Fund Rate menjadi kisaran 0 persen hingga 0,25 persen belum berdampak positif terhadap kinerja pasar saham domestik.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi 171,96 poin atau 3,50 persen ke level 4.735,60 pada akhir sesi pertama, Senin (15/3/2020). Sembilan sektor saham tersungkur di teritori negatif.

Dari 684 saham yang diperdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), hanya 73 saham yang mampu menguat. Sisanya atau sebanyak 316 saham melemah dan 297 saham stagnan.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menilai pasar belum sepenuhnya yakin dengan langkah The Fed dapat meredam kepanikan pasar. Hal itu terlihat dari Indeks Dow Jones Futures yang masih halting limit down sebesar 5 persen atau 1.041 poin.

Frankie menyebut kondisi itu terjadi lantaran pasar khawatir dengan penyebaran virus corona (Covid-19) di Amerika Serikat dan Eropa yang belum mencapai puncak. Selain itu, ada kekhawatiran dampak ekonomi yang diakibatkan oleh virus corona.

Kendati demikian, dia menilai langkah The Fed untuk menurunkan suku bunga dan dan pembelian obligasi sangat penting. Tujuannya, untuk meminimalisasi dampak dari Covid-19.

“Tetapi pasar khawatir karena dengan diturunkan bunga The Fed sebesar 1 persen ke 0 persen hingga 0,25 persen ini artinya ke depan amunisi untuk mengontrol ekonomi semakin terbatas,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (16/3/2020).

Sebelumnya, The Fed baru saja mengumumkan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1 persen—1,25 persen pada, Selasa (3/3/2020), waktu tempat. Langkah agresif itu ditempuh Bank Sentral Amerika Serikat untuk pertama kalinya dalam 12 tahun terakhir atau sejak krisis perbankan dalam subprime mortgage pada 2008.

Dalam pernyataan resmi, The Fed menyebut wabah virus corona telah mengganggu kegiatan ekonomi di banyak negara, termasuk Amerika Serikat. Kondisi keuangan global juga terkena imbas.  Efek dari virus corona disebut The Fed akan membebani aktivitas ekonomi dalam waktu dekat dan menimbulkan risiko bagi prospek ekonomi.

"Komite berharap mempertahankan kisaran tersebut sampai yakin bahwa ekonomi telah melewati berbagai peristiwa baru-baru ini dan berada di jalur yang tepat untuk mencapai target lapangan kerja dan stabilitas harga," jelas The Fed.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper