Bisnis.com, JAKARTA – Tiga emiten BUMN pertambangan yang tergabung dalam MIND ID, yakni PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), dan PT Timah Tbk. (TINS) bakal melakukan pembelian kembali atau buyback saham.
Total dana yang disiapkan mencapai Rp500 miliar, dengan perincian PTBA menggelontorkan Rp300 miliar, dan ANTM serta TINS masing-masing sebesar Rp100 miliar.
Mengutip keterbukaan informasi perseroan di laman resmi Bursa Efek Indonesia, Senin (16/3/2020), kondisi indeks harga saham gabungan (IHSG) sejak awal 2020 yang mengalami tekanan sehingga dikeluarkannya Surat Edaran OJK soal buyback, menjadi peluang bagi perseroan untuk melakukan aksi tersebut.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (16/3/2020), saham emiten berkode PTBA itu melemah 6,85 persen ke level Rp1.835 per saham. Sepanjang tahun berjalan 2020, harga telah terkoreksi 31,02 persen.
“Sesuai dengan aturan, jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 20 persen dari jumlah disetor, dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5 persen,” tulis Manajeman PT Bukit Asam Tbk seperti dikutip dari keterbukaan informasi, Senin (16/3/2020).
Per 29 Februari 2020, total kepemilikan saham oleh publik untuk PTBA sebesar 31,2 persen. Saat ini sesungguhnya perseroan masih memiliki saham treasury sekitar 330 juta sajam atau 2,87 persen dari total kepemilikan saham.
Baca Juga
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan bahwa saham treasuri itu memiliki jatuh tempo untuk dilepas kembali ke pasar pada 2021.
“Masih ada tenggat waktu hingga 2021,” ujar Arviyan saat dihubungi Bisnis.com, pada Selasa (10/3/2020).
Adapun, perseroan akan menggunakan kas internal sebagai sumber pendanaan buyback, sehingga asumsi perseroan total ekuitas yang tercatat pada laporan keuangan per 31 Desember 2019 sebesar Rp18,4 triliun, akan berkurang menjadi Rp18,12 triliun.
Perseroan menjelaskan bahwa potensial loss dari pengalihan aset berupa kas menjadi saham treasuri tidak akan mempengaruhi pendapatan secara signifikan, tetapi dengan asumsi dana tersebut ditempakan pada deposito dengan tenor 12 bulan maka PTBA akan memperlorah pendapatan bunga sebesar 6,25 persen per tahun.
Periode pembelian saham akan berlaku pada periode 17 Maret 2020 hingga 16 Juni 2020.
“Perseroan berkeyakinan bahwa pelaksanaan buyback tidak akan memberikan dampak negatif yang material terhadap kegiatan usaha dan pertumbuhan perusahaan,” jelas manajemen.
Pasalnya, PTBA pada saat ini memiliki modal kerja dan dana kas yang cukup untuk melakukan dan membiayai seluruh kegiatan usaha, kegiatan pengembangan usaha, kegiatan operasional serta buyback.
Sementara itu, TINS mengalokasikan dana sebanyak-banyaknya Rp100 miliar yang berasal dari kas internal untuk menggelar aksi korporasi tersebut.
“Rencana ini juga bertujuan untuk meningkatkan nilai pemegang saham perusahaan,” tulis Sekretaris Perusahaan Aneka Tambang Kunto Hendrapawoko seperti dikutip dari keterangan resminya.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (16/3/2020) saham emiten berkode ANTM itu parkir di level Rp446 per saham, melemah 6,69 persen. Sepanjang tahun berjalan 2020, saham telah terkoreksi 46,9 persen.
Pergerakan saham ANTM, TINS, PTBA
Keterangan: warna putih saham ANTM, warna kuning saham TINS, wara hijau saham PTBA
Perseroan menjelaskan bahwa jumlah saham yang akan diserap kembali tidak akan melebihi sebesar 1 miliar saham atau 4,16 persen dari jumlah saham pada modal ditempatkan dan disetorkan pada perseroan dengan nilai nominal Rp100 per saham.
Per 29 Februari 2020, total kepemilikan saham perseroan oleh publik sebesar 35 persen atau sekitar 8,41 miliar saham.
Perseroan berkeyakinan bahwa pelaksanaan transaksi buyback tidak akan memberikan dampak negatif yang material terhadap kegiatan usaha perseroan didukung oleh modal kerja dan arus kas yang cukup untuk melaksanakan pembiayaan transaksi bersamaan dengan kegiatan usaha.
Namun, dari sisi laba bersih terdapat potensi penurunan bunga deposito dari dana yang dialokasikan untuk aksi buyback itu.
Adapun, aksi buyback itu akan dilaksanakan selama periode tiga bulan terhitung sejak 17 Maret 2020 hingga 16 Juni 2020 dan perseroan telah menunjuk PT Mandiri Sekuritas untuk melakukan buyback tersebut.
TINS juga menyiapkan dana sebanyak Rp100 miliar untuk pembelian kembali atau buyback saham perseroan pada 17 Maret hingga 16 Juni 2020 mendatang.
Perseroan menjelaskan saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 20 persen dari jumlah modal disetor, dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5 persen dari modal disetor dalam perseroan.
Per 31 Desember 2019, emiten berkode saham TINS itu memiliki jumlah saham yang beredar sebanyak 35 persen.
Adapun, manajemen PT Timah menjelaskan perseroan akan menggunakan saldo dari laba yang belum ditentukan penggunaannya per 30 September 2019 yang tercatat sebesar Rp260,68 juta untuk membeli kembali saham perseroan sebanyak-banyaknya Rp100 miliar.
“Dengan asumsi perseroan menggunakan dana sebesar Rp100 miliar, maka aset dan ekuitas akan menurun sebesar Rp100 miliar ditambah biaya transaksi pembelian kembali saham,” tulis manajemen PT Timah Tbk.
Namun, pembelian saham kembali tersebut diklaim perseroan tidak akan mempengaruhi biaya operasional, sehingga laba rugi diperkirakan masih sejalan dengan target perusahaan. Selain itu, potential loss dari pengalihan aset berupa kas menjadi saham treasury diyakini tidak akan mempengaruhi pendapatan perseroan.
Berdasarkan asumsi perseroan, earning per share emiten bersandi saham TINS itu tercatat sebesar 23,62 pada 30 September 2019. Setelah aksi buyback, earning per share akan turun menjadi 24,33.
Pada perdagangan Senin (16/3/2020), saham TINS parkir di level Rp436 per saham, terkoreksi 6,84 persen. Sepanjang tahun berjalan 2020, TINS melemah menjadi 47,15 persen.