Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Maju Tak Gentar, Pefindo Catatkan Mandat Obligasi Rp64,18 Triliun

Tercatat, per akhir Februari 2020 Pefindo mengantongi mandat dari 50 perusahaan senilai Rp64,18 triliun, jumlah itu naik dari posisi per 31 Januari 2020 yakni 48 perusahaan dengan total rencana emisi Rp59,86 triliun.
Direktur Utama Pefindo Biro Kredit Yohanes Arts Abimanyu memaparkan materi saat roundtable discussion dengan tema Building Resilient Company in Digital Era through Integrated GR, di Jakarta, Selasa (18/6/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Direktur Utama Pefindo Biro Kredit Yohanes Arts Abimanyu memaparkan materi saat roundtable discussion dengan tema Building Resilient Company in Digital Era through Integrated GR, di Jakarta, Selasa (18/6/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA—PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mendapat tambahan mandat penerbitan surat utang korporasi. Tercatat, per akhir Februari 2020 Pefindo mengantongi mandat dari 50 perusahaan senilai Rp64,18 triliun

Jumlah tersebut naik dibandingkan mandat yang tercatat hingga 31 Januari 2020 yakni 48 perusahaan dengan total rencana emisi Rp59,86 triliun.

Adapun industri keuangan masih mendominasi dengan rincian 7 perusahaan dari sektor pembiayaan dan 5 perusahaan dari sektor perbankan, dengan masing-masing rencana emisi Rp10,10 triliun dan Rp7,35 triliun.

Sementara itu, rencana emisi terbesar datang dari 2 perusahaan di sektor pulp and kertas yang mencatatkan total rencana emisi mencapai Rp11,1 triliun. Selanjutnya ada 4 perusahaan dari sektor telekomunikasi dengan rencana emisi Rp 6,45 triliun.

Kemudian 4 perusahaan jalan tol (Rp4,85 triliun), 4 perusahaan perkebunan (Rp3,1 triliun), 5 perusahaan properti (Rp2 triliun), 2 perusahaan induk investasi (Rp1,75 triliun), 3 perusahaan manufaktur (Rp1,2 triliun), dan 2 perusahaan tambang (Rp900 miliar).

Ada pula masing-masing 1 perusahaan dari lembaga keuangan nonbank (Rp4 triliun), perusahaan pelabuhan (Rp3 triliun), perusahaan multifinance (Rp2,5 triliun), perusahaan konstruksi (Rp1,5 triliun), serta perusahaan perdagangan dan distribusi (Rp1,47 triliun).

Sisanya ada 7 perusahaan yang memiliki rencana emisi di bawah Rp1 triliun, masing-masing 1 perusahaan dari sektor transportasi, farmasi, kimia, alumuniun, consumer, kawasan industri, dan pembiayaan.

Adapun berdasarkan jenis surat utang, nilai tertinggi datang dari jenis penawaran umum berkelanjutan (PUB) yakni Rp24,95 triliun. Kemudian ada rencana realisasi PUB senilai Rp12,49 triliun dan mid term notes (MTN) senilai Rp10,26 triliun.

Selanjutnya ada obligasi Rp7,05 triliun, sukuk Rp4,45 triliun, sekuritisasi Ro3,97 triliun. Terakhir dengan nilai rencana emisi paling kecil adalah jenis surat berharga komersial yakni Rp1 triliun.

Jika dipisahkan berdasarkan institusi, dari total 50 mandat yang diterima Pefindo, 34 di antaranya berasal dari perusahaan non-BUMN, sedangkan 16 sisanya adalah mandat dari perusahaan pelat merah dan/atau anak perusahaannya.

Head of Economic Research Pefindo Fikri C. Permana mengatakan ada beberapa alasan naiknya mandat di surat utang korporasi, antara lain adanya kebutuhan arus kas dari masing-masing perusahaan dan kecenderungan untuk melakukan refinancing.

“Kami menghitung ada sekitar Rp105 triliun surat utang korporasi jatuh tempo dari April hingga Desember 2020 ini,” katanya pada Bisnis.com, Minggu (15/3/2020)

Di sisi lain, Fikri juga menilai yield surat utang korporasi serta spread surat utang korporasi dan surat utang negara cukup kompetitif dalam beberapa waktu terakhir.

Adapun merujuk pada kondisi pasar obligasi korporasi nasional yang didominasi investor domestik serta pilihan asset class yang terbatas, dia menilai pernyerapan atas surat utang korporasi di tengah situasi saat ini masih terbuka.

“Saya sih melihat issuer surat utang masih tetap rasional di tengah situasi saat ini,” tambah Fikri.

Sebagai gambaran, Pefindo mencatat sepanjang 2019 total surat utang korporasi yang terbit menyentuh Rp146,19 triliun. Berdasarkan sektornya, lembaga keuangan khusus mendominasi dengan nilai Rp31,37 triliun, pembiayaan sebesar Rp26,41triliun, dan perbankan Rp24,29 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper