Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perhotelan PT Eastparc Hotel Tbk. (EAST) mengakui adanya tantangan akibat merebaknya virus corona (Covid-19). Namun demikian, perseroan optmistis okupansi masih tetap naik ke kisaran 87 persen.
Direktur Pemasaran Eastparc Hotel Wahyudi Eko Sutoro pun mengakui perseroan bakal menghadapi musim yang berat akibat penyebaran virus corona.
“Untuk di tahun ini kami akan mengalami tantangan dengan adanya dampak COVID-19 terutama mulai Maret dan bulan-bulan berikutnya,” katanya.
Meski demikian emiten berkode saham EAST itu masih optimistis bisa menaikkan okupansi kamar dari 79 persen – 81 persen menjadi 80 persen – 87 persen. Eastparc juga tetap memperhatikan segmen market individu yang digabungkan dengan market lainnya, seperti pemerintahan, korporasi, maupun agen perjalanan wisata.
Tahun lalu, EAST mencatatkan pendapatan sebesar Rp64,08 miliar dan laba bersih Rp9,46 miliar. Yudi mengatakan kenaikan disebabkan okupansi kamar naik 6,45 persen yang diikuti harga rata-rata 13,20 persen.
Yudi menambahkan perseroan telah mendapatkan izin Amdal untuk membangun Eastparc Express di Yogyakarta. Anggaran belanja yang digunakan dalam pembangunan hotel tersebut senilai Rp130 miliar.
Baca Juga
Eastparc View Hotel ini nantinya dibangun dengan kapasitas sekitar 210 kamar dengan 8 ruang pertemuan dan dilengkapi fasilitas kolam renang serta permainan air dan berdiri di atas lahan seluas 4.000 m2.
“Saat ini kami sedang pengerjaan contoh kamar yang nantinya akan dijadikan acuan dalam pembangunan Eastparc View,” katanya.
Berdasarkan keterbukaan informasi, Eastparc Hotel mencatatkan laba bersih sebesar Rp9,46 miliar pada 2019 naik 302 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp2,46 miliar. Dengan begitu, laba per saham yang dapat diatribusikan menjadi Rp2,39 dari posisi Rp0,59.
Kenaikan laba bersih, ditopang oleh peningkatan pendapatan sebesar 18,55 persen year-on-year (yoy). Pada 2019, emiten berkode saham EAST itu mencetak Rp64,08 miliar sedangkan tahun sebelumnya Rp54,05 miliar.
Selain itu, beban usaha EAST juga mengalami penurunan 7,28 persen ke posisi Rp25,47 miliar dari posisi Rp27,47 miliar. Emiten yang tercatat pada Juli tahun lalu itu juga mendapatkan tambahan pendapatan bunga sebesar Rp1,24 miliar.
Adapun pada tahun sebelumnya pos itu hanya menyumbang Rp29,39 juta saja. Hal itu mendorong laba sebelum pajak menjadi Rp12,25 miliar atau naik 464 persen yoy.
Selain itu, total aset EAST tercatat sebesar Rp306,78 miliar. Jumlah aset lancar mencapai Rp49,62 miliar dengan aset tidak lancar Rp257,16 miliar.
Di sisi lain, total kewajiban EAST mencapai Rp53,21 miliar dengan utang jangka pendek sebesar Rp31,17 miliar. Perseroan memiliki utang jangka panjang sebesar Rp22,03 miliar. Total kewajiban 2019 naik 21,06 persen dari posisi Rp43,95 miliar.
EAST tercatat menggelontorkan belanja modal sebesar Rp66,34 miliar naik 123,14 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp29,73 miliar.
Pada 2020, EAST memproyeksikan pendapatan meningkat sebesar 15,11% secara tahunan. Perkiraan pertumbuhan ini seiring dengan target kunjungan peningakatan wisatawan ke Yogyakarta.