Bisnis.com, JAKARTA — PT Mirae Asset Sekuritas memangkas proyeksi Indeks Harga Saham Gabungan pada 2020 menjadi 6.500 dari estimasi sebelumnya 7.140.
Pemangkasan proyeksi IHSG seiring dengan pengurangan prospek earning per share (EPS) yang turun menjadi 5 persen year on year (yoy) pada 2020, dibandingkan estimasi sebelumnya sebesar 9 persen yoy.
Head of Research Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya mengatakan pihaknya mengkalibrasi ulang proyeksi tersebut berdasarkan dua aspek yang terkait merebaknya wabah virus corona atau Covid-19.
Dia menyebut wabah corona telah menekan harga berbagai komoditas termasuk crude palm oil (CPO) dan di sisi lain berdampak terhadap beberapa kegiatan bisnis seperti pariwisata dan penerbangan.
Menurutnya, harga CPO akan memengaruhi daya beli masyarakat, apalagi berdasarkan data BPS sektor agrikultur menyumbang 27,3 persen dari tenaga kerja Indonesia.
“Kalau melihat trennya, saat harga CPO ada di bawah 7juta per ton, IHSG cenderung tumbuh single digit atau negatif, sebalikknya kalau di atas 7, indeks tumbuh dua digit,” tuturnya di Jakarta, Senin (9/3/2020)
Berdasarkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, Mirae sendiri membuat tiga proyeksi IHSG yang dibagi ke dalam base case, bull case, dan bear case.
Pada base case, Mirae memangkas target indeks hingga akhir tahun menjadi 6.500 dari yang semula 7.140. Ini berdasarkan asumsi bahwa tidak terjadi wabah virus corona di Indonesia, wabah secara global mereda per akhir Mei, serta harga CPO stabil di kisaran MYR2.500/ton.
“Jumlah penderita sekarang kan 6 orang, kalau tambah beberapa itu masih wajar. Asalkan tidak terjadi wabah seperti di Italia atau Korea Selatan misalnya,” tambah Hariyanto.
Adapun pada skenario bull case, Mirae memangkas target IHSG yang tadinya 7.920 menjadi 7.350. Skenario ini jika wabah mereda per akhir bulan ini dengan penambahan kasus tidak lebih dari 1.000 penderita baru perhari dan harga CPO rebound di atas MYR3.000/ton.
Sementara untuk kondisi terburuk atau bear case, proyeksi IHSG direvisi menjadi 5.400, dari yang semula 6.000. Kondisi ini sebagai proyeksi jika corona turut mewabah di Indonesia, wabah global terus menggila, dan harga CPO anjlok ke bawah MYR2.000/ton.