Bisnis.com, JAKARTA – Anjloknya harga minyak mentah hingga 30 persen memicu aksi jual di seluruh pasar saham di Asia pada perdagangan hari ini, Senin (9/3/2020).
Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau anjlok hingga 4,35 persen ke level 618,85 pada pukul 15.01 WIB. Pelemahan ini diikuti oleh sejumlah bursa saham lainnya, di antaranya indeks Topix dan Nikkei 225 yang anjlok masing-masing 5,61 persen dan 5,07 persen.
Bursa saham China juga tak lepas dari jerat harga minyak. Indeks Shanghai Composite dan CSI 300 ditutup melemah masing-masing 3,01 persen dan 3,42 persen. Sementara itu, indeks Hang Seng anjlok hingga 4,2 persen.
Hingga pukul 15.14 WIB, harga minyak jenis WTI untuk kontrak April 2020 di bursa Nymex terkoreksi 25,34 persen atau 10,46 poin ke level US$30,82 per barel. Pada pertengahan perdagangan, minyak WTI sempat anjlok 33,77 persen dan sentuh level US$27,34 per barel.
Sementara itu, harga minyak jenis Brent kontrak Mei 2020 di bursa ICE terjun bebas ke level US$34,75 per barel, melemah 23,24 persen atau 10,52 poin. Pada pertengahan perdagangan, minyak sempat anjlok 31,48 persen dan sentuh level US$31,02 per barel.
Anjloknya harga minyak dipicu oleh Arab Saudi yang berencana meningkatkan produksi pada bulan depan hingga lebih dari 10 juta barel per hari setelah pecah kongsi dengan Rusia.
Baca Juga
Negara pengekspor minyak terbesar di dunia tersebut juga mulai memangkas harga jual minyak mentah sejak Sabtu (7/3/2020) ke level terendah dalam 30 tahun terakhir. Aramco, perusahaan minyak milik Pemerintah Saudi Arabia, menawarkan diskon agar konsumen di Asia, Eropa, dan AS tetap menggunakan hasil produksi mereka.
Dilansir dari Bloomberg, jatuhnya harga minyakakan mengacaukan politik dan anggaran di seluruh dunia, memperburuk tekanan dalam kredit dengan imbal hasil tinggi dan menambah tekanan terhadap bank sentral yang berusaha mencegah resesi.
Meskipun penurunan harga minyak juga turut menarik minat konsumen, tetapi wabah virus corona membuat mereka menahan diri.
Kepala ekonom BIS Exford Economics, Sarah Hunter, mengatakan jatuhnya pasar hari ini membuat sulit bagi investor untuk memperkirakan arah pergerakan selanjutnya, karena ketidakpastian terus meningkat.
"Kami melihat hal tersebut di pasar dengan gejolak liar yang datang,” ungkapnya, seperti dikutip Bloomberg.