Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Diprediksi Masih Bertengger di Level Rp14.400

Penyebaran virus corona ke luar China membuat investor semakin cemas dan melepas portofolio investasinya di berbagai negara.
Gambar mantan Wakil Presiden Mohammad Hatta pada uang kertas Indonesia 100.000 rupiah terlihat melalui kaca pembesar di Bangkok, Thailand, (15/09/2015). Blommberg/Brent Lewin
Gambar mantan Wakil Presiden Mohammad Hatta pada uang kertas Indonesia 100.000 rupiah terlihat melalui kaca pembesar di Bangkok, Thailand, (15/09/2015). Blommberg/Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah diproyeksi masih terperangkap dalam zona merah pada perdagangan pekan ini seiring dengan penyebaran virus corona yang semakin meluas di luar China.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa meluasnya penyebaran virus corona atau covid-19 di luar China hingga AS dan Eropa, telah meningkatkan sentimen hindar risiko yang cukup kuat, akibatnya pasar keuangan global mengalami radang.

“Dalam kondisi ini, investor cenderung melepas investasi portofolionya di berbagai negara, dan tidak hanya terjadi di Indonesia, sehingga rupiah pada pekan ini akan bergerak di kisaran Rp14.000 per dolar AS hingga Rp14.400 per dolar AS,” ujar Josua kepada Bisnis, Jumat (28/2/2020).

Adapun, pada penutupan perdagangan Jumat (28/2/2020) rupiah terkoreksi 2,046 persen atau 293 poin dan parkir di level Rp14.318 per dolar AS, level terendahnya sejak Agustus 2019.

Volatilitas rupiah pada penutupan itu menjadi yang terburuk sejak November 2013 dan menjadi mata uang dengan kinerja harian terburuk di antara rekan mata uang Asia lainnya.

Sepanjang Februari 2020, rupiah memimpin pelemahan mata uang Asia dengan terkoreksi sebesar 4,7 persen, tepat di atas won Korea Selatan yang terkoreksi 3,1 persen dan ringgit yang melemah 3 persen. Padahal, pada Januari rupiah berhasil memimpin kinerja penguatan di saat mayoritas mata uang Asia lainnya parkir di zona merah.

Dalam tahun berjalan  (year to date), rupiah telah terkoreksi sebesar 3,1 persen menjadi mata uang dengan kinerja terlemah ke-empat di Asia, di bawah baht yang turun 6,1 persen, won melemah 4,8 persen, dan dolar Singapura yang melemah 3,49 persen.

Josua juga mengatakan bahwa pelemahan rupiah juga didorong adanya aksi jual dari investor asing di pasar obligasi, yang ditandai oleh naiknya imbal hasil obligasi untuk tenor 10 tahun sebesar 15 basis poin.

Sebagai informasi, sepanjang Februari modal asing yang keluar dari pasar sebesar Rp30,8 triliun yang terdiri dari SBN (Surat Berharga Negara) sebesar Rp26,2 triliun dan di pasar saham sebesar Rp4,7 triliun.

Namun, langkah Bank Indonesia (BI) yang menggelontorkan beberapa stimulus dan mengatakan untuk terus hadir di pasar diyakini dapat membatasi pelemahan nilai tukar rupiah.

Pada pekan lalu, BI telah memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen. Lalu, BI melakukan intervensi melalui pasar spot, DNDF, dan delapan broker untuk menstabilkan mata uang.

Pada perdagangan Jumat (28/2/2020), BI pun telah membeli SBN senilai Rp2 triliun melalui lelang. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, bank sentral itu telah membeli obligasi senilai Rp78 triliun sejak wabah virus mulai berdampak pada pasar mulai akhir Januari.

Lebih lanjut, Josua juga menjelaskan bahwa dari sisi fiskal pun pemerintah juga turut hadir untuk menggelontorkan beberapa stimulus agar dapat menyelamatkan ekonomi dalam negeri dari terpaan virus corona dan mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah.

“Dengan demikian, dampak penyebaran virus corona atau covid-19 diperkirakan paling besar pada Februari-Maret, dan bulan selanjutnya mudah-mudahan sudah terjadi pemulihan,” papar Josua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper