Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Corona Masuk Indonesia, IHSG Diprediksi Makin Sulit Rebound

Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menyebut IHSG terlihat langsung melemah ketika berita corona beredar. Padahal sejak pembukaan perdagangan Senin (2/3/2020) IHSG sudah mulai menguat.
Karyawan melintas didekat layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintas didekat layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA—Adanya pasien yang positif mengidap virus Covid-19 atau virus corona di Indonesia diprediksi bakal membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) makin sulit untuk rebound.

Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menyebut IHSG terlihat langsung melemah ketika berita corona beredar. Padahal sejak pembukaan perdagangan Senin (2/3/2020) IHSG sudah mulai menguat.

Dia memprediksi tren pelemahan ini masih akan berlangsung dalam jangka pendek dan menengah, apalagi jika belum ada sentimen positif untuk penyebaran virus corona ini, terutama di Indonesia.

“Saya rasa IHSG masih sulit untuk rebound,” katanya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (2/3/2020).

Secara teknikal, untuk jangka pendek dan menengan Hendriko memprediksi IHSG akan berada pada fase downtrend dengan support terdekat di level 5.330-5.350.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan hari ini, Senin (2/3/2020) IHSG ditutup melemah 1,68% di level 5361,24 setelah sempat menghijau sebelum penutupan perdagangan sesi I.

Sementara itu pada perdagangan Jumat (28/2/2020), IHSG mengakhiri pergerakannya di level 5.452,70 dengan koreksi 1,50 persen atau 82,99 poin, penurunan hari keenam berturut-turut sejak perdagangan 21 Februari 2020.

Sementara itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) berkemungkinan memberlakukan Auto Reject Atas (ARA) asimetris bila pasar terus menunjukkan penurunan atau downtrend.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono W. Widodo mengatakan otoritas bursa bakal mengambil langkah tegas berupa ARA asimetris bila pasar terus menunjukkan penurunan.

ARA asimetris yang dia maksud adalah tidak seimbangnya antara batas atas peningkatan dan penurunan. Misalnya, harga saham suatu emiten diperkenankan naik sampai 35 persen tapi tidak dibiarkan turun lebih dari 10 persen.

Regulasi seperti ini pernah dilakukan pada periode 2015 sampai dengan 2016. Namun, untuk saat ini Laksono mengatakan batas atas dan bawahnya belum ditentukan.

“Batas atas dan bawah belum ditentukan bisa 10 persen, 15 persen atau 5 persen. Saat ini kami masih melihat kondisi pasar domestik dan regional. Kami tidak ingin, menjadi yang berbeda diantara yang lain,” katanya pada Senin (2/3/2020).

Berdasarkan catatan Bisnis.com, dalam kebijakan auto rejection simetris, batas atas dan batas bawah memiliki besaran yang sama di setiap fraksi harga.

Perinciannya, kelompok harga saham di rentang Rp50-Rp200 memiliki batas atas dan batas bawah 35 persen, rentang harga Rp200-Rp5.000 berbatas atas dan berbatas bawah 25 persen, dan rentang harga di atas Rp5.000 memiliki batas atas dan batas bawah sebesar 20 persen.

Laksono mengatakan kebijakan ARA asimetris bakal diambil bila kebijakan pelarangan short selling atau jual cepat tidak berpengaruh banyak. Menurutnya, secara fundamental banyak saham-saham yang kini diperdagangkan dengan murah.

Laksono pun optimistis pasar akan kembali rebound. Untuk saat ini, lanjutnya, otoritas masih melakukan perbandingan pasar domestik dengan Thailand dan Malaysia.

“Paling dekat langkah yang akan kami ambil adalah ARA asimetris bila itu perlu. Langkah short sell kami ambil untuk memperingati pasar,” katanya.

Laksono mengakui bila pelarangan short sell tidak berdampak signifikan terhadap pasar. Namun, itu adalah peringatan dini yang diambil supaya pasar tidak semakin keruh.

Berdasarkan catatan BEI, IHSG sudah terkoreksi 16,92 persen sedangkan dalam sepekan terakhir dengan penurunan 7,04 persen.

Merosotnya IHSG seiring dengan pemerosotan bursa Asean lainnya, seperti Filipina, Vietnam, Singapura dan Malaysia dengan penurunan mingguan masing-masing sebesar 7,9 persen, 5,45 persen, 5,34 persen, dan 3,17 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper