Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan analis menilai kenaikan harga saham dua emiten anggota Holding BUMN Farmasi lebih banyak didorong faktor momentum pengumuman presiden tentang dua orang yang positif terinfeksi virus corona. Analis tidak menyarankan investor untuk membeli saham PT Kimia Farma (Persero) Tbk. (KAEF) dan PT Indofarma (Persero) Tbk. (INAF).
Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai pemberitaan mengenai kasus pertama COVID-19 atau virus corona di Indonesia sedikit banyak berpengaruh pada emiten-emiten farmasi.
Dia menambahkan, secara psikologis, pemberitaan penyebaran COVID-19 atau virus corona menyebabkan emiten berbasis obat-obatan mengalami penguatan. Namun, dia menilai melonjaknya harga saham KAEF dan INAF hanya momentum belaka.
“Masih wait and see, terlalu spekulatif untuk diberikan rekomendasi,” ujar Nafan kepada Bisnis,Senin (3/2/2020).
Seperti yang diketahui, harga saham INAF sempat melonjak 25 persen atau 112 poin menjadi level Rp560 sementara KAEF sempat menyentuh level tertinggi Rp720, naik 140 poin atau 24 persen dan pada perdagangan sesi pertama, Senin (3/2/2020).
Sementara itu, hingga penutupan perdagangan, saham KAEF terpantau di level Rp665 atau naik 14,66 persen. Sementara itu saham saham INAF terlihat berada di level Rp535 atau naik 19,42 persen.
Menurut Nafan, kenaikan saham KAEF dan INAF bisa dibilang hanya jangka pendek karena bersandar pada momentum sesaat. Dia menyebut, secara umum Indeks Harga Saham Gabungan akan berada dalam tren bearish. IHSG memang ditutup melemah 1,68 persen ke level 5.361. Sebanyak 158 emiten mengalami kenaikan sedangkan 236 emiten mengalami penurunan. Adapun 138 emiten tidak mengalami perubahan harga saham.