Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Melemah, Kinerja Industri Sawit Stagnan?

Secara teknikal jangka pendek saat ini atmosfer industri perkebunan belum membaik.
Perkebunan kelapa sawit/Istimewa
Perkebunan kelapa sawit/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten-emiten sektor perkebunan tengah dirundung awan mendung akibat konflik Malaysia dan India telah menyeret harga minyak sawit melemah.

Berdasarkan data bursa derivatif Malaysia harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) telah menyentuh level MYR2.435 per ton. Hal ini tentu saja menyeret indeks sektor perkebunan turun 17,70 persen.

Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan emiten-emiten sektor perkebunan kini tengah terpapar konflik antara Malaysia dengan India. Menurutnya, meskipun para emiten itu berpeluang mengekspor ke India lebih besar daripada biasanya tetapi harga CPO mengalami pelemahan.

“Bagaimanapun harga CPO berdasarkan bursa di Malaysia, jadi kalau negara itu terjadi sesuatu pasti akan mempengaruhi harga disini juga,” katanya pada Rabu (26/2). Selain itu, virus corona juga sedikit banyak ikut mempengaruhi harga komoditas minyak nabati itu karena China melakukan impor.

Hendriko pun menambahkan rerata emiten juga masih lebih sering melakukan jual beli untuk menyuplai kebutuhan hilir domestik dibandingkan dengan ekspor. Menurutnya, kinerja emiten perkebunan pada kuartal I/2020 cenderung stagnan.

Pasalnya harga mulai cenderung melemah ke level MYR2.400 per ton seperti tahun lalu. Menurutnya, akan ada peningkatan volume penjualan namun tidak begitu dari sisi harga.

Untuk saat ini, Hendriko belum dapat merekomendasikan emiten perkebunan yang bisa diunggulkan. Pasalnya secara teknikal jangka pendek saat ini atmosfer industri perkebunan belum membaik.

“Kalau volumenya naik tapi harga tidak kemana-mana maka kinerja akan stagnan,” katanya.

Sementara itu, Tim Analis J.P Morgan mengatakan pelemahan harga disebabkan oleh penyebaran virus korona. Meski demikian, mereka optimistis harga CPO tahun ini akan naik 24 persen ke level MYR2.650 per ton.

Pasalnya, stok CPO dan minyak kedelai akan menurun masing-masing 11 persen dan 25 persen. Selain itu, implementasi B30 dipercaya bakal mendorong kedua harga minyak nabati.

“Kami percaya kebutuhan CPO tahun ini akan naik 6 persen sepanjang 2020. Adapun China yang berkontribusi atas 10 persen konsumsi global tahun ini juga akan naik konsumsinya karena flu babi tahun lalu berdampak pada produksi minyak kedelai,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper