Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa terjerembab hampir 3 persen pada awal perdagangan hari ini, Senin (24/2/2020), di tengah meningkatnya kekhawatiran seputar dampak wabah penyakit virus corona (Covid-19) terhadap ekonomi.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Stoxx 600 dibuka dengan pelemahan 0,88 persen atau 3,77 poin di level 424,30. Pada pukul 15.51 WIB, pergerakannya meluncur ke level 415,85 dengan pelemahan tajam 2,85 persen atau 12,22 poin dari level penutupan sebelumnya.
Pada perdagangan Jumat (21/2/2020), Stoxx ditutup terkoreksi 0,49 persen atau 2,12 poin di level 428,07, koreksi hari kedua berturut-turut.
Seluruh 19 indeks sektoral yang terdapat di indeks Stoxx bergerak negatif pada Senin, dipimpin travel (-4,37 persen), sumber daya dasar (-4,16 persen), dan otomotif & suku cadang (-3,93 persen).
Dari 600 saham yang terdaftar, hanya 5 saham yang mampu menguat, sedangkan 595 saham lainnya melemah.
Saham perusahaan travel dan pariwisata TUI AG pun membukukan penurunan terdalam sebesar 9,14 persen, diikuti EasyJet Plc. yang merosot 9,08 persen.
Baca Juga
“Kami yakin penyakit virus corona akan secara substansial mengurangi traffic toko di China dan negara-negara tetangga, mungkin secara negatif memengaruhi pariwisata China, dan juga kemungkinan akan mengganggu rantai pasokan,” ujar Oliver Chen, seorang analis ritel di Cowen & Co., seperti dikutip dari Bloomberg.
Pada Minggu (23/2/2020), pemerintah Korea Selatan meningkatkan level siaga terhadap virus tersebut ke level tertinggi seiring dengan melonjaknya jumlah kasus infeksi di Negeri Ginseng.
Sementara itu, di Italia jumlah korban terinfeksi meningkat 78 kasus menjadi 157 infeksi, dengan total korban meninggal mencapai 3 jiwa.
Para pengelola dana pun ramai-ramai melepaskan aset-aset berisiko seperti saham dan memburu aset investasi aman yang dipicu oleh lonjakan kasus terinfeksi virus corona di Korsel dan kekhawatiran yang semakin intensif di Italia.
“Pasar berada dalam mode penghindaran risiko di tengah kekhawatiran tentang penyebaran virus corona secara global, dengan jumlah infeksi yang semakin banyak di luar China,” terang Ulrich Urbahn, kepala strategi multi-aset dan penelitian di Joh Berenberg Gossler & Co.