Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham global cenderung melemah sepanjang pekan lalu, menyusul sikap defensif investor di tengah kekhawatiran baru tentang dampak ekonomi dari virus corona saat menyebar di luar China.
Di Amerika Serikat, perusahaan teknologi menjadi yang paling tertekan sepanjang pekan lalu, sekaligus mengirim indeks Nasdaq Composite turun 1,6 persen. Sementara itu, indeks S&P 500 melemah 1,3 persen, penurunan mingguan pertamanya sejak Januari, sedangkan indeks Dow Jones melemah 1,4 persen pekanlalu.
Dilansir Bloomberg, investor bersiaga pekan lalu menyusul lonjakan infeksi di luar China dan serangkaian peringatan baru oleh perusahaan mengenai dampak potensial virus tersebut terhadap bisnis.
Kekhawatiran yang berkembang kembali meningkatkan minat terhadap aset safe haven, yang dilihat sebagai tempat berlindung dari gejolak dan membalikkan kenaikan saham yang telah mengirim Indeks S&P 500 ke rekor tertinggi pada Rabu pekan lalu.
"Investor tiba-tiba kedinginan dan berlari untuk keluar," kata Chris Rupkey, kepala ekonom keuangan untuk MUFG Union Bank, seperti dikutip Bloomberg.
"Imbal hasil obligasi dan harga saham kembali sinkron hari ini karena pasar yang melemah berarti prospek ekonomi tidak terlihat sebaik seperti yang dipikirkan banyak orang tahun ini," lanjutnya.
Bursa AS juga tertekan setelah IHS Markit mengatakan aktivitas bisnis di AS terkontraksi pada bulan Februari untuk pertama kalinya dalam empat tahun karena gangguan yang disebabkan oleh virus corona dan meningkatnya kecemasan atas hasil pemilihan presiden 2020.
Penyebaran virus Covid-19 di dalam dan di luar China telah meresahkan pasar akhir-akhir ini, kemungkinan berkontribusi pada kenaikan aset safe-haven seperti obligasi pemerintah dan emas, dengan investor menunjukkan keengganan untuk mempertahankan kepemilikan saham menjelang akhir pekan.
Di bursa saham lainnya, indeks Stoxx Europe 600 melemah 0,57 persen sepanjang pekan lalu, dengan saham produsen mobil menjadi salah satu penekan utama. Sementara itu, bursa saham di Korea Selatan dan Hong Kong turun lebih dari 1 persen.