Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Resah, Wall Street Tergelincir dari Rekornya

Bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) berakhir melemah pada perdagangan Kamis (20/2/2020), terbebani kekhawatiran dampak virus corona (Covid-19) terhadap kinerja laba korporasi.
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) berakhir melemah pada perdagangan Kamis (20/2/2020), terbebani kekhawatiran dampak virus corona (Covid-19) terhadap kinerja laba korporasi.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 berakhir turun 0,38 persen ke level 3.373,23, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,44 persen ke posisi 29.219,98, dan indeks Nasdaq Composite ditutup melorot 0,67 persen ke level 9.750,97.

Baik indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite mampu mencetak rekor level tertinggi barunya pada akhir perdagangan Rabu (19/2/2020) didorong penguatan saham produsen chip dan bank setelah Bloomberg News melaporkan soal langkah terbaru China untuk menopang perekonomiannya yang terdampak virus corona.

Namun sentimen berubah negatif pada Kamis (20/2), sehari setelah pasar ekuitas mencapai rekor tertinggi, karena infeksi virus corona yang berasal dari China terus berkembang di negara-negara lain.

Laporan laba yang meleset dari perkiraan menambah kesuraman, di samping peringatan baru tentang dampak patogen ini dari A.P. Moller-Maersk A/S, perusahaan pengiriman peti kemas terbesar di dunia, dan Air France-KLM.

Kepala strategi ekuitas Goldman Sachs Group Inc. mengatakan koreksi jangka pendek untuk pasar saham terlihat akan lebih mungkin terjadi.

Pelemahan sejumlah perusahaan teknologi ternama yang didorong Microsoft Corp. dan Apple Inc. pada Kamis (20/2) memaksa Wall Street tergelincir setelah Jepang melaporkan dua kematian dan Korea Selatan mengonfirmasi kematian pertamanya akibat virus corona.

Saham ViacomCBS Inc. pun turun setelah penjualannya meleset dari perkiraan, sementara Morgan Stanley melemah setelah setuju untuk membeli E*Trade Financial Corp. senilai US$13 miliar.

Di tengah pemberitaan ekonomi yang mengecewakan secara umum, aset investasi aman (safe haven) semakin unjuk gigi. Dolar AS dan obligasi menguat, sementara harga emas mantap bergerak di kisaran level tertingginya dalam 7 tahun.

"Bisa jadi beberapa pemain yang lebih besar melakukan lindung nilai terhadap risiko penurunan penyebaran virus corona,” ujar Chris Zaccarelli, kepala investasi di Independent Advisor Alliance.

“Hal tersebut, selain seruan Goldman tentang koreksi yang lebih memungkinkan terjadi, membuat pelaku pasar resah,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper