Bisnis.com, JAKARTA - Logam mulia berhasil kembali menyentuh level US$1.600 per troy ounce, terus menguji untuk menembus level tertinggi sejak 2013, di tengah kekhawatiran pasar terhadap penyebaran virus corona dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi global.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (19/2/2020) hingga pukul12:44 WIB, harga emas di pasar spot berhasil menyentuh level US$1.602,96 per troy ounce, menguat tipis 0,08 persen atau 1,35 poin.
Sementara itu, harga emas berjangka kontrak April 2020 di bursa Comex berada di level US$1.605,7 per troy ounce, terapresiasi 0,13 persen atau 2,1 poin.
Sebelumnya, pada perdagangan awal Januari emas sudah berhasil menembus level US$1.600 per troy ounce yang didukung oleh kekhawatiran pasar terhadap meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Pada perdagangan 8 Februari 2020, emas menyentuh level US$1.611,42 per troy ounce, level tertingginya sejak 2013.
Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan bahwa harga emas berpeluang untuk bergerak naik dalam jangka pendek didukung oleh permintaan investor untuk aset investasi aman yang telah meningkat pesat sejak awal tahun ini.
Investor khawatir penyebaran virus corona atau covid-19 yang telah menelan korban jiwa hingga 2.000 orang akan semakin menekan prospek pertumbuhan ekonomi global. Adapun, sepanjang tahun berjalan 2020, emas berhasil menunjukkan kinerja positif dengan bergerak naik 5,65 persen.
Baca Juga
“Untuk sisi atasnya, level resisten terdekat berada di US$1.606 per troy ounce, menembus ke atas dari level tersebut berpeluang memicu kenaikan lanjutan bagi emas ke US$1.612 per troy ounce sebelum menargetkan resisten kuat di US$1.620 per troy ounce,”ujar Faisyal seperti dikutip dari publikasi risetnya, Rabu (19/2/2020).
Jika bergerak turun, lanjut dia, level support terdekat berada di US$1.596 per troy ounce dan menembus ke bawah dari level tersebut berpeluang memicu penurunan lanjutan ke US$1.590 per troy ounce sebelum menargetkan support kuat di US$1.582 per troy ounce.
Mengutip riset Valbury Asia Futures, investor cenderung panik dan menghindari aset berisiko, apalagi setelah perusahaan teknologi asal AS, Apple Inc. memperingatkan bahwa virus corona akan membuat penjualannya meleset dari perkiraan.
“Level resistan emas terdekat berada di US$1.609,6 per troy ounce, sedangkan support berada di US$1.588,2 per troy ounce,” tulis Valbury Asia Futures dalam risetnya, Rabu (19/2/2020).
Selain itu, emas juga berhasil bergerak menguat di tengah spekulasi bahwa Federal Reserve mendapatkan tekanan dari sentimen penyebaran virus corona dan akan memangkas suku bunga yang dapat menjadi katalis positif emas.
Pada bulan lalu, Bank sentral AS itu telah mengatakan efek dari virus tersebut telah menghadirkan risiko baru terhadap prospek pertumbuhan ekonomi AS. Fokus pasar saat ini menanti risalah pertemuan The Fed pada pekan lalu. Jika risalah bernada dovish, emas diyakini dapat melanjutkan penguatannya.
Di sisi lain, sentimen yang menguntungkan aset surga itu telah meluas ke pasar paladium, di mana defisit multi-tahun diperkirakan semakin melebar pada tahun ini. Dalam perdagangan yang sama, paladium menguat 4,74 persen ke level US$2.753 per troy ounce, menjadi level tertingginya sepanjang sejarah.
Analis Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar mengatakan bahwa defisit pasokan hingga 20 persen dari pasar paladium diperkirakan berlanjut pada tahun ini dan akan semakin parah.
“Belum lagi permintaan yang akan naik didorong oleh peraturan lingkungan, khususnya di China, yang telah meningkatkan penggunaan paladium dalam kendaraan untuk mengontrol emisi,” ujar Vivek seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (19/2/2020).