Bisnis.com, JAKARTA – Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berlanjut pada akhir perdagangan hari kedua. Sebaliknya, nilai tukar rupiah tergelincir melemah di tengah pelemahan bursa Asia.
Bursa saham Asia pada umumnya tertekan setelah raksasa teknologi Apple menyampaikan peringatan bahwa target pendapatan kuartalannya berisiko meleset di tengah wabah virus corona (Covid-19).
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Selasa (18/2/2020):
IHSG Unjuk Gigi di Tengah Pelemahan Bursa Asia
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan penguatan 0,33 persen atau 19,44 poin di level 5.886,96.
Saham PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) yang masing-masing naik 3,39 persen dan 10 persen menjadi pendorong utama penguatan IHSG.
Baca Juga
Berbanding terbalik dengan IHSG, indeks saham lainnya di Asia mayoritas tertekan di zona merah. Target pendapatan kuartalan Apple berisiko meleset karena perlambatan kerja dan lesunya permintaan untuk smartphone.
Nilai tukar rupiah ditutup melemah 34 poin atau 0,25 persen di level Rp13.694 per dolar AS, setelah mampu mencatat apresiasi dua hari perdagangan beruntun sebelumnya.
Pada saat yang sama, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, terpantau menanjak 0,249 poin atau 0,25 persen ke posisi 99,252 pukul 15.50 WIB.
Meski demikian, Analis ANZ untuk perdagangan Asia, Khoon Goh, mengatakan rupiah masih menarik minat investor karena didukung oleh imbal hasil yang menarik serta fakta bahwa ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang paling tak terpengaruh oleh wabah virus corona (Covid-19).
“Fokus untuk pekan ini adalah keputusan kebijakan BI pada hari Kamis (20/2/2020), dimana kami memperkirakan tidak ada perubahan dalam kebijakan,” ungkap Khoon, seperti dikutip Bloomberg.
Yen Jadi Tak Semenarik 'Aset Surga' Lainnya
Pergerakan nilai tukar yen tampak menjadi tidak menarik dibandingkan dengan rekan aset investasi aman lainnya seperti emas dan dolar. Yen terdepresiasi di saat dua aset tersebut berhasil memanfaatkan momentum menguat di tengah banyak ketidakpastian pasar.
Jika dibandingkan dengan dua aset safe haven lainnya, secara year to date emas berhasil bergerak menguat sekitar 4 persen dan indeks dolar AS terapresiasi 2,56 persen.
Bahkan, dibanding rupiah yang merupakan aset berisiko dan seharusnya terdepresiasi ketika kondisi pasar bergejolak, mata uang Garuda berhasil menguat 1,337 persen year to date, mengalahkan kinerja yen.
Siap IPO Rp2,5 Triliun, Begini Rencana Adhi Commuter Properti
PT Adhi Commuter Properti, anak usaha PT Adhi Karya (Persero) Tbk. membidik dana Rp2,5 triliun dari proses initial public offering atau IPO yang akan dilaksanakan pada kuartal II/2020.
Direktur Keuangan, Manajemen Risiko, dan SDM PT Adhi Commuter Properti (ACP) Mochamad Yusuf mengatakan bahwa proses IPO saat ini masih dalam tahap finalisasi. Dana yang didapatkan dari IPO, lanjutnya, sebagian besar akan digunakan untuk kebutuhan belanja modal.
“Penggunaan dana IPO, 80 persen akan digunakan untuk belanja modal, dan 20 persen untuk refinancing [obligasi]. Kami rencanakan [melepas] 30 persen dengan nilai Rp2,5 triliun,” ujarnya di Jakarta, Selasa (18/2/2020).
Anak Usaha BUMN Mau IPO, Ini Risikonya Menurut Analis
PT Adhi Commuter Properti akan menjadi anak usaha emiten pelat merah teranyar yang akan melantai di bursa. Namun, analis kurang yakin saat ini adalah momentum yang tepat untuk aksi korporasi tersebut.
Analis Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan dalam beberapa tahun terakhir emiten-emiten badan usaha milik negara (BUMN) mengalami penurunan valuasi. Salah satu penyebabnya adalah keterkaitannya dengan kebijakan pemerintah yang bersifat politis.
“Kalau bicara BUMN, khususnya yang listing, memang ternyata tidak bisa dipungkiri ada irisan dengan kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah itu ada irisan dengan politik, dan itu risikonya cukup besar, itulah mengapa persepsi terhadap BUMN terganggu, sehingga tidak diminati pasar,” katanya kepada Bisnis, Selasa (18/2/2020).
Harga emas Comex untuk kontrak April 2020 naik 4,90 poin atau 0,31 persen ke level US$1.591,30 per troy ounce pukul 15.51 WIB. Sepanjang perdagangan hari ini, emas Comex bergerak di level 1.581,80-1.592,10.
Seiring dengan pergerakan harga emas, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, terpantau menanjak 0,249 poin atau 0,25 persen ke posisi 99,252 pukul 15.50 WIB.
Di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta stagnan di level Rp779.000 per gram. Adapun harga pembelian kembali atau buyback emas bertambah Rp1.000 menjadi Rp697.000 per gram dari harga buyback pada Senin (17/2/2020).