Bisnis.com, NEW YORK – Nilai tukar euro jatuh ke posisi terendah lebih dari 2 tahun terhadap dolar AS pada akhir perdagangan Kamis (13/2) waktu setempat.
Pasar dinilai kekhawatiran soal kenaikan tajam jumlah kasus baru dalam wabah virus corona di China yang mendorong investor mencari aset-aset Amerika Serikat.
Amerika Serikat masih jadi tempat yang lebih baik untuk investasi ketika menghadapi dampak ekonomi dari virus dari pada zona euro.
Jumlah kematian akibat virus corona (Covid-19) di provinsi Hubei, China mencatat kenaikan 242 pada Kamis sehingga total menjadi 1.310 korban jiwa. Pejabat kesehatan China engatakan peningkatan tajam ini dikonfirmasi setelah mengadopsi metodologi baru untuk diagnosis.
“Eropa, dan Jerman khususnya, memiliki hubungan perdagangan yang sangat kuat dengan pasar Asia, dan terutama dengan China,” kata Mazen Issa, ahli strategi valas senior TD Securities di New York.
Euro jatuh menjadi 1,0835 dolar yang merupakan terendah sejak Mei 2017. Euro menembus dukungan (support) teknis pada Oktober serendah 1,0877 dolar pada Rabu (12/2). Analis memperkirakan euro masih rentan terhadap penurunan lebih lanjut.
Mata uang tunggal uni Eropa itu juga turun terhadap mata uang safe haven franc Swiss menjadi 1,0610 franc, level terendah sejak Agustus 2015. Sementara itu, mata uang safe haven lain, yen Jepang, menguat terhadap dolar menjadi 109,78 yen.