Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ikuti Bursa Asia, Indeks Stoxx 600 Eropa Melemah di Awal Dagang

Bursa Eropa tergelincir dari penguatannya dan bergerak di zona merah pada awal perdagangan hari ini, Kamis (13/2/2020), di tengah pelemahan bursa saham global.
Bursa Efek paris./Christope Morin - Bloomberg
Bursa Efek paris./Christope Morin - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa tergelincir dari penguatannya dan bergerak di zona merah pada awal perdagangan hari ini, Kamis (13/2/2020), di tengah pelemahan bursa saham global.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Stoxx 600 dibuka terkoreksi 0,13 persen atau 0,56 poin di level 430,60. Pada pukul 15.54 WIB, pergerakannya kemudian melemah 0,49 persen atau 2,12 poin ke level 429,04 dari level penutupan sebelumnya.

Pada perdagangan Rabu (12/2/2020), Stoxx ditutup menguat 0,63 persen atau 2,68 poin di level 431,16, reli hari ketiga berturut-turut.

Dari 602 saham yang terdaftar, 166 di antaranya menguat, sedangkan 422 saham melemah dan 14 saham lainnya stagnan.

Saham Centrica Plc. membukukan penurunan terbesar dengan 15,38 persen, disusul saham Aegon NV. yang merosot 8,14 persen.

Dari 19 indeks sektoral yang terdapat di indeks Stoxx, 17 di antaranya melemah, dipimpin oleh sektor minyak dan gas (-1,31 persen) dan sektor sumber daya dasar (-1,29 persen). Di sisi lain, sektor real estate mampu mencatat kenaikan terbesar (+0,59 persen).

Di Asia, indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau melemah 0,2 persen pada pukul 15.03 WIB, dengan indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang ditutup melemah masing-masing 0,34 persen dan 0,14 persen.

Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 ditutup melemah 0,71 persen dan 0,62 persen, sedangkan indeks Hang Seng di Hong Kong turun 0,34 persen dan indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,24 persen.

Sentimen investor sebelumnya sempat membaik di tengah spekulasi bahwa dampak dari wabah virus corona (Covid-19) terhadap pertumbuhan global akan mereda.

Namun sentimen berubah setelah pemerintah kota Hubei, yang menjadi pusat penyebaran virus di China, melaporkan hampir 15.000 kasus baru setelah merevisi datanya untuk memasukkan kasus-kasus "yang didiagnosis secara klinis" dalam pengungkapan hariannya.

"Tepat ketika pasar merasa nyaman dengan gagasan bahwa peningkatan infeksi Covid-19 cenderung lebih rendah, lonjakan tiba-tiba dalam jumlah kasus baru di Hubei telah menyentak mereka keluar dari rasa puas diri ini," kata Khoon Goh, riset di Australia & New Zealand Banking Group Ltd, seperti dikutip Bloomberg.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper