Bisnis.com, JAKARTA - Investor bakal menahan minatnya untuk membeli aset investasi aman, termasuk emas, dalam beberapa perdagangan ke depan seiring dengan pasar yang menanti pernyataan Bank Sentral AS pada pekan ini.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (11/2/2020) hingga pukul 17.25 WIB harga emas di pasar spot bergerak melemah 0,28 persen menjadi US$1.567,68 per troy ounce. Dalam perdagangan yang sama, emas berjangka untuk kontrak April 2020 di bursa Comex bergerak melemah 0,49 persen menjadi US$1.571,8 per troy ounce.
Harga emas bergerak turun setelah berhasil menguat selama empat perdagangan berturut-turut.
Mengutip riset Reliance Commodities, harga logam mulia tersebut diproyeksi diperdagangkan flat cenderung turun dalam beberapa perdagangan ke depan meskipun sentimen penyebaran virus corona yang dapat melemahkan pertumbuhan ekonomi global masih membayangi pasar.
“Pasar menanti bagaimana komentar dan rencana Ketua The Fed Jerome Powell untuk melindungi ekonomi AS dari krisis virus corona,” tulis Reliance Commodities seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (11/2/2020).
Untuk diketahui, Bank Sentral AS akan mengadakan pertemuan enam bulanan pada 11-12 Februari 2020. Sebelumnya, Jerome Powell menyebutkan efek dari virus tersebut telah menghadirkan risiko baru terhadap prospek ekonomi AS.
Jika Powell memberikan komentar bernada dovish pada kongres tersebut, hal itu akan menjadi obat kuat bagi emas untuk melanjutkan penguatannya yang telah terjadi pada awal tahun ini.
Sepanjang tahun berjalan 2020, harga emas telah bergerak menguat 3,32 persen dan menjadi salah satu komoditas yang berada di zona hijau di saat seluruh komoditas lainnya menetap di zona merah sejak awal tahun.
Penguatan tersebut didukung oleh kekhawatiran pasar terhadap sentimen penyebaran virus corona yang belum menunjukkan perbedaan. Saat ini, korban jiwa dari virus tersebut telah melampaui jumlah korban SARS pada 2002-2003, yaitu mencapai lebih dari 1.000 jiwa.
Pemerintah China pun kemungkinan akan menggelontorkan lebih banyak stimulus mendukung ekonominya di tengah dampak isolasi tempat untuk memerangi penyebaran virus corona.
Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) pun telah memperingatkan bahwa tentang potensi lebih banyak kasus virus corona di luar China setelah Inggris mengkonfirmasi jumlah masyarakatnya yang terjangkit bertambah empat orang.
Sementara itu, Analis PT Monex Investindo Futures Andian mengatakan dalam risetnya bahwa penurunan emas dalam perdagangan kali ini disebabkan oleh sentimen stimulus dari Bank Sentral China.
Hal itu memicu optimisme pasar bahwa perekonomian China masih dapat bertahan dari perlambatan atas penyebaran virus corona.
“Bila minat pasar berkurang terhadap aset aman, harga emas berpeluang turun menguji support di kisaran US$1.560 hingga US$1.565. Sebaliknya, jika emas berhasil naik ke atas level US$1.577, logam mulia itu berpotensi naik menguji resisten di kisaran US$1.582 - US$1.586,” ujar Andian seperti dikutip dari publikasi risetnya, Selasa (11/2/2020).