Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Ke Atas 6.000, Reliance Rekomendasikan 10 Saham Pilihan

IHSG akan bergerak cenderung menguat terbatas di akhir pekan dengan level support dan resistance di kisaran 5.950 hingga 6.050.
Pengunjung berada di sekitar layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Rabu (29/1/2020). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Pengunjung berada di sekitar layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Rabu (29/1/2020). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi cenderung menguat terbatas pada perdagangan Jumat (7/2/2020), melanjutkan penguatannya dari perdagangan sebelumnya.

Analis Reliance Sekuritas Lanjar Nafi mengatakan dalam publikasi risetnya bahwa IHSG akan bergerak cenderung menguat terbatas di akhir pekan dengan level support dan resistance di kisaran 5.950 hingga 6.050.

"Saham-saham yang menarik secara teknikal diantaranya adalah INKP, WSBP, MAIN, BBTN, PGAS, INDY, TINS, ANTM, PTPP, AKRA," ujar Lanjar seperti dikutip dari publikasi risetnya, Jumat (7/2/2020).

Adapun, pada penutupan perdagangan Kamis (6/2/2020) IHSG ditutup di level 5.987,14 menguat 0,14% atau naik 8,68 poin. Sektor pertanian yang menguat 1,94% dan sektor property yang menguat 1,16% berhasil mendorong IHSG hingga akhir sesi perdagangan.

Pada perdagangan Kamis (6/2/2020), investor asing melakukan aksi beli sebesar Rp294,72 miliar dengan saham BBCA yang menjadi top net buy value dengan catatan net buy investor asing sebesar Rp530,32 miliar.

Dia mengatakan bahwa meskipun pergerakan IHSG menguat, candlestick membentuk bearish counter attack secara teknikal. Potensi pergerakan selanjutnya akan mencoba kembali bertahan di level psikologis 6000 sebagai signal penguatan lanjutan pada arah Fibonacci 61.8% dikisaran level 6166.

Sementara itu, Indikator Stochastic memberikan signal golden-cross dengan potensi bullish reversal.

Lanjar menjelaskan fokus pasar pada akhir pekan ini akan tertuju pada rilis data neraca perdagangan China yang diproyeksikan mengalami penurunan surplus menjadi US$38.64 miliar akibat aktifitas ekspor yang menjadi negatif secara tahunan (yoy).

Selain itu, dari dalam negeri investor akan terfokus pada data cadangan devisa dan pergerakan harga komoditas serta aksi tunggu pada laporan keuangan emiten.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper