Bisnis.com, JAKARTA — Emiten properti PT PP Properti Tbk. menjadi emiten pertama yang bertandang ke Bisnis Indonesia pada 2020. Perseroan memaparkan sejumlah rencana kerja yang akan menjadi fokus perseroan tahun ini.
Manajemen PP Properti berkunjung ke Bisnis Indonesia, Selasa (4/2/2020). Turut hadir Direktur Utama Taufik Hidayat, Direktur Realti Galih Saksono, Direktur Pengembangan Bisnis & HCM Nanang Siswanto, dan Direktur Komersial Linda Gustina.
Direktur Utama PP Properti Taufik Hidayat mengatakan perseroan berpeluang mendapatkan pendapatan pra penjualan atau marketing sales sebesar Rp3,8 triliun pada tahun ini. Jumlah tersebut meningkat 67,40 persen dibandingkan dengan realisasi pada tahun lalu sebanyak Rp2,27 triliun.
Menurut Taufik, tahun lalu kinerja sektor properti cukup berat seiring dengan ketidakpastian di tahun politik. Walhasil, pembeli lebih menahan diri untuk membeli produk properti. Kendati demikian, tahun ini prospek sektor properti diyakini lebih cerah.
Dia menerangkan, sektor properti akan tumbuh berkat sejumlah insentif perpajakan, situasi politik dan ekonomi yang stabil. Faktor tersebut dinilai akan menjadi faktor pertumbuhan di sektor properti.
“Kami berkunjung [ke Bisnis Indonesia] karena tahun 2020 kami optimistis industri properti punya modal stabilitas politik dan ekonomi. Dengan begitu [optimisme] akan tersebar kepada khalayak termasuk investor kami,” jelas Taufik saat berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia, Jakarta, Selasa (4/2/2020).
Taufik menambahkan dari pendapatan pra penjualan sebesar Rp3,8 triliun, sekitar Rp821 miliar bisa diakui sebagai pendapatan. Adapun sisanya sebanyak Rp2,9 triliun baru bisa diakui pada 2021.
Di sisi lain, PP Properti juga berniat melakukan buy back atau pembelian kembali seiring tren harga saham yang terus menurun. Hingga pukul 14.00 perdagangan Selasa (4/2/2020), harga saham PP Properti stagnan di level Rp52, turun 67 persen dari posisi 4 Februari 2019. Harga saham PPRO tercatat paling rendah sejak stock split pada 2017 silam.
Direktur Keuangan PP Properti, Indaryanto sebelumnya mengatakan harga saham yang rendah menjadi momentum untuk melakukan buy back. Aksi ini diharapkan bisa kembali mendongkrak harga saham perseroan.
“Kami pun sedang mempertimbangkan hal itu [buy back]. Kesempatan akan kami ambil bila ada, mumpung saham [sedang] turun. Namun, itu semua perlu persetujuan pemegang saham,” jelas Indaryanto.
Untuk diketahui, PP Properti resmi menjadi perusahaan publik setelah melanta di Bursa Efek Indonesia pada 2015. Anak usaha PT PP (Persero) Tbk. memiliki sejumlah proyek pengembangan properti strategis, antara lain Grand Kamala Lagoon (Bekasi), Grand Sungkono Lagoon (Surabaya), dan Grand Dharmahusada Lagoon (Surabaya). PPRO juga menggarap sejumlah proyek apartemen di dekat perguruan tinggi, tersebar di Semarang, Depok, dan Jatinangor.