Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hampir Sentuh Level Gocap, PPRO Pertimbangkan Buy Back Saham

PPRO menjadi satu-satunya saham keluarga plat merah yang hampir terjerembab ke deretan saham gocap. Apa kata manajemen?
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten plat merah PT PP Properti Tbk. (PPRO) tengah mempertimbangkan opsi pembelian kembali atau menggabungkan saham supaya harga terkerek naik.

Pada perdagangan Senin (20/1/2020), harga saham emiten berkode PPRO itu ditutup pada level Rp56 per saham turun 3,45% dibandingkan dengan penutupan sebelumnya Rp58 per saham.

Kemarin, PPRO diperdagangkan sebanyak 4.115 kali dengan jumlah saham mencapai 151,37 juta. PPRO menjadi satu-satunya saham keluarga plat merah yang hampir terjerembab ke deretan saham gocap.

Direktur Keuangan PP Properti Indaryanto mengakui hal itu juga menjadi pertimbangan perseroan untuk membeli kembali saham.

“Kami akui memang saat ini adalah saat yang tepat untuk buy back atau reverse stock untuk menaikkan kembali harga saham. Kami pun sedang mempertimbangkan hal itu, kesempatan akan kami ambil bila ada mumpung saham turun. Namun, itu semua perlu persetujuan pemegang saham,” katanya Senin (20/1/2020).

Meski begitu, PPRO tidak ambil pusing dengan tren penurunan harga saham perseroan. Indaryanto pun menambahkan perseroan pernah melakukan split stock dengan perbandingan 1:4. Menurutnya, saham PPRO masih dalam laju yang baik.

Dia pun optimistis harga saham PPRO akan naik seiring dengan fundamental perseroan yang makin kuat.

“Kami yakin kami akan tumbuh. Kami punya bank lahan sampai 300 hektare dan proyek yang berkesinambungan. Memiliki aset Rp16 triliun, mampu mencetak laba dan membagikan dividen,” ungkapnya.

Selain itu, Indaryanto mengaku tidak tahu menahu perihal kepemilikan PT Asurasi Jiwasraya (Persero) dan PT Asabri (Persero) dengan masing-masing 8,51% dan 5,33%. Menurutnya, kedua BUMN itu membeli saham perseroan melalui mekanisme pasar.

Adapun ketika dihubungkan dengan tren penurunan harga saham PPRO dengan kasus Jiwasraya dan Asabri, Indaryanto mengaku tidak tahu.

“Semua berdasarkan mekanisme pasar. Kami tidak tahu menahu alasan naiknya harga saham kami apakah itu karena keduanya. Namun, yang pasti banyak investor yang menikmati ketika itu naik. Kami tidak mengenal mereka,” katanya.

Sebagai informasi, berdasarkan data Bloomberg harga saham PPRO telah terkoreksi 61,78% dalam setahun terakhir. Saat ini price earning PPRO 8,78 kali dengan price to book ratio 0,64 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper