Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah mampu sedikit terapresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (31/1/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka di level Rp13.645 per dolar AS dengan penguatan tipis 12 poin atau 0,09 persen dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Kamis (30/1/2020), nilai tukar rupiah ditutup di level Rp13.657 per dolar AS dengan pelemahan 23 poin atau 0,17 persen.
Namun, kurs rupiah diperkirakan bakal melanjutkan tren pelemahannya terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini seiring dengan aksi menghindari aset berisiko oleh investor.
Menurut Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim, aksi itu didorong oleh sentimen penyebaran virus corona yang terus menambah korban jiwa di China.
Berdasarkan data yang dikutip dari Bloomberg, total orang terinfeksi mencapai 8.152 pasien, sedangkan yang meninggal dunia sebanyak 212 orang per Jumat (31/1/2020) pagi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan wabah virus ini sebagai darurat global.
Ibrahim mengatakan, penyebaran virus corona masih menjadi fokus utama pelaku pasar karena berpotensi melemahkan ekonomi China, ekonomi kedua terbesar di dunia.
“Rupiah kemungkinan masih akan melemah tetap tipis di kisaran level Rp13.630 per dolar AS hingga Rp13.690 per dolar AS,” ujar Ibrahim melalui keterangan resmi, Jumat (31/1/2020).
Selain virus corona, sentimen lain yang bakal mempengaruhi pergerakan rupiah adalah kebijakan moneter. Dalam rapat kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang berakhir Rabu (29/1) waktu setempat, The Fed memutuskan mempertahankan Fed Funds Rate pada 1,5 persen hingga 1,75 persen.
Di tengah kondisi global yang dipenuhi ketidakpastian, lanjut Ibrahim, pemerintah dan Bank Indonesia harus memperkuat stabilitas ekonomi dalam negeri.
Sementara itu, dalam suatu wawancara kepada Bloomberg TV, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan BI berupaya menstabilkan pasar keuangan di tengah kekhawatiran seputar penularan virus corona (coronavirus) yang memicu arus modal keluar alias outflow.
“Sejauh ini apa yang kami rasakan, dan juga bank sentral lainnya tengah rasakan, adalah dampak dari virus corona ke dalam pasar keuangan. Kami melihat pembalikan arah termasuk dari ekuitas dan obligasi,” ungkap Perry pada Kamis (30/1/2020) di konferensi BI, Bali.
Pihak otoritas, lanjut Perry, berupaya untuk meminimalkan penyebaran virus tersebut di Indonesia.
“Efeknya [virus corona] terhadap ekonomi riil sejauh ini terbatas. Kami mengelola stabilitas nilai tukar, juga stabilitas obligasi pemerintah. Kami belum melihat dampak yang signifikan pada sektor riil,” urainya.
Seiring dengan pergerakan nilai tukar rupiah, mata uang lainnya di Asia mayoritas juga mampu sedikit terapresiasi pagi ini, dipimpin peso Filipina yang terapresiasi 0,23 persen terhadap dolar AS pukul 08.22 WIB.
Sementara itu, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, bergerak flat di level 97,866, setelah berakhir terkoreksi 0,13 persen atau 0,124 poin di posisi 97,867 pada Kamis (30/1), koreksi hari kedua berturut-turut.