Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Melonjak Tajam Setelah Jalani Kenerja Terburuk Sejak 2008

Pada perdagangan Rabu (29/1/2020) hingga pukul 11.18 WIB harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) untuk kontrak April 2020 di bursa Malaysia melonjak 6,56 persen atau 169 poin menjadi 2.744 ringgit per ton.
Seorang pekerja mengumpulkan buah kelapa sawit di dalam sebuah pabrik minyak sawit di Sepang, di luar Kuala Lumpur, Malaysia. / REUTERS - Samsul Said
Seorang pekerja mengumpulkan buah kelapa sawit di dalam sebuah pabrik minyak sawit di Sepang, di luar Kuala Lumpur, Malaysia. / REUTERS - Samsul Said

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak kelapa sawit berjangka di Malaysia berhasil rebound dari kerugian harian terbesarnya sejak 2008 pada perdagangan Rabu (29/1/2020) seiring dengan meredanya kepanikan pasar terhadap penyebaran virus corona.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (29/1/2020) hingga pukul 11.18 WIB harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) untuk kontrak April 2020 di bursa Malaysia melonjak 6,56 persen atau 169 poin menjadi 2.744 ringgit per ton.

Adapun pada perdagangan sebelumnya, CPO ditutup terdepresiasi sebesar 10 persen di level 2.575 ringgit per ton, menjadi kinerja harian terburuk CPO sejak 2008.

Sepanjang tahun berjalan 2020, harga CPO telah terkoreksi sebanyak 13,19 persen, tetapi sempat menyentuh level tertinggi 3.122 ringgit per ton pada perdagangan 10/1/2020.

Trader Sprint Exim Pte Singapura Rajesh Modi mengatakan bahwa pasar telah bereaksi berlebihan terhadap sentimen penyebaran virus corona di China dan melakukan penjualan hanya karena kepanikan semata.

Mayoritas harga komoditas kelompok agrikultur global berhasil memulih setelah merosot di tengah kekhawatiran pasar bahwa penyebaran virus corona akan memangkas permintaan pangan karena perjalanan dibatasi.

“India memiliki stok yang sangat ketat dan itulah yang seharusnya mendasari pergerakan harga. Pada tingkat harga saat ini, akan ada pembelian dari India,” ujar Rajesh seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (29/1/2020).

Seperti yang diketahui, pada awal bulan ini hubungan India dan Malaysia memanas, setelah protes keras yang dilakukan Pemerintah Malaysia terkait persoalan Khasmir dan hukum kewarganegaraan di India.

Akibatnya, India sebagai konsumen minyak nabati terbesar di dunia mengeluarkan pemberitahuan pada Rabu (8/1/2020) untuk membatasi impor minyak sawit olahan Malaysia.

Padahal, Malaysia pada tahun lalu berhasil menyusul Indonesia sebagai pemasok minyak kelapa sawit terbesar di India setelah meraih kesepakatan untuk tarif impor yang lebih rendah dibandingkan dengan Indonesia.

India telah membeli 4,4 juta ton CPO Malaysia pada tahun lalu, dan pada 2020, pembelian bisa turun di bawah 1 juta ton jika hubungan kedua negara tidak membaik.

Konflik Berdampak Negatif

Kepala riset CGS-CIMB Securities Sdn Bhd, Ivy Ng, mengatakan bahwa sulit untuk membaca situasi ketegangan antara Malaysia dan India saat ini, tetapi bagaimanapun konflik yang berkepanjangan akan menjadi negatif bagi kedua belah pihak.

“Konflik akan membuat CPO memiliki harga terlalu mahal oleh pedagang India, permintaan melemah, dan akan terjadi perang harga antara CPO Malaysia dan CPO Indonesia yang tidak akan baik untuk pasar,” ujar dia seperti dikutip dari Bloomberg.

Mengutip Reuters, pengiriman minyak kelapa sawit dari Malaysia kini terdampar di pelabuhan-pelabuhan India setelah pemerintah Negara Taj Mahal tersebut membatasi produk-produk hilir.

Bloomberg juga melaporkan bahwa jika konflik tidak terselesaikan segera, ekspor CPO Malaysia senilai US$1,4 miliar ke India akan berisiko jika Negeri Jiran gagal menemukan pembeli baru.

Adapun, pengiriman minyak sawit ke India telah turun hampir 50 persen secara month to month pada minggu ketiga Januari, kemungkinan karena tindakan pembatasan oleh pemerintah India.

Harga CPO Melonjak Tajam Setelah Jalani Kenerja Terburuk Sejak 2008

Menurut data dari surveyor kargo independen SGS Malaysia Sdn Bhd, pengiriman minyak sawit ke India turun 48,7 persen menjadi 30.050 ton selama 20 hari pertama Januari dibandingkan dengan Desember tahun lalu.

Pengiriman dalam 10 hari pertama dan 15 hari masing-masing turun 41 persen dan 67,1 persen menjadi 18.500 ton, dibandingkan dengan ekspor bulan lalu.

Pengapalan tersebut untuk sementara ditunda antara 10 Januari dan 15 Januari setelah pengumuman pemerintah India untuk membatasi impor minyak kelapa sawit pada 8 Januari.

Di sisi lain, Rajesh menjelaskan bahwa jika situasi penyebaran virus di China terus memburuk selama beberapa hari ke depan, maka pasar akan kembali menghadapi tekanan untuk melakukan aksi jual lebih lanjut. Pasalnya, China merupakan salah satu importir CPO terbesar di dunia.

Pada Rabu (29/1/2020), angka kematian akibat wabah virus corona di China naik menjadi 132 orang, menurut Komisi Kesehatan Nasional China dengan jumlah total kasus yang dikonfirmasi di seluruh China yang mencapai hampir 6.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper