Bisnis.com, JAKARTA – International Tin Association atau ITA memprediksi permintaan timah akan pulih dari posisi terendahnya tahun lalu sehingga harga akan naik ke posisi yang lebih tinggi.
Analis Pasar ITA James Willoughby mengatakan bahwa permintaan timah akan meningkat seiring dengan 2020 yang diyakini sebagai tahun pemulihan bagi ekonomi global secara keseluruhan, dan juga logam dasar.
“Telah ada peningkatan dalam data ekonomi makro dan harga timah terus meningkat sejak awal tahun,” ujar James seperti dikutip dari keterangan resminya, Selasa (28/1/2020).
Peningkatan permintaan masih akan dipimpin oleh sektor solder dan bahan kimia yang diyakini sebagai sumber potensial dari permintaan yang diperbarui.
James cukup optimistis terhadap pasar solder China tahun ini, konsumen timah terbesar dunia. Adapun, hampir setengah dari permintaan timah China adalah untuk solder yang terutama digunakan dalam industri elektronik untuk menghubungkan komponen.
Kendati demikian, dia menilai pasokan yang tersebar di pasar masih cukup banyak sehingga akan tetap membatasi kenaikan harga pada tahun ini meskipun defisit pasokan global mulai menipis.
Mengutip laporan ITA pada Desember lalu, defisit global diperkirakan turun menjadi 1.900 ton pada 2020 dari defisit tahun lalu sebesar 20.000 ton. Sementara itu, produksi timah diprediksi naik 5,8% menjadi 352.000 ton pada tahun depan, sedangkan permintaan hanya akan naik tipis 0,4% menjadi 353.900 ton.
Kedua produsen teratas dunia, Yunnan Tin China dan PT Timah Indonesia, diperkirakan meningkatkan kapasitas produksi walaupun kemungkinan juga ada konsolidasi karena banyak pabrik peleburan kecil beroperasi dengan kapasitas kurang dari 50%.
James memproyeksikan harga timah bergerak di kisaran US$18.000 per ton pada tahun ini.
Di sisi lain, berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (27/1/2020) harga timah di bursa London bergerak melemah tajam 3,44% menjadi US$16.270 per ton. Harga timah membatalkan penguatannya pada perdagangan dua pekan terakhir akibat virus corona.
Padahal, pada perdagangan 21/1/2020 harga timah telah menyentuh level tertingginya di kisaran US$17.850 per ton, level yang tidak dijumpainya sejak Juli 2019.
Namun, James mengatakan bahwa penurunan harga tersebut bisa menjadi kabar baik bagi pasar fisik, yang telah melihat harga dipisahkan dari fundamental dalam beberapa pekan terakhir di belakang optimisme musiman dari spekulan.
Periode Januari-Maret umumnya merupakan periode terkuat dengan festival Tahun Baru Cina dan gangguan dari peraturan ekspor Indonesia biasanya memperketat pasokan jangka pendek.