1. Virus Corona Hajar Yuan China
Nilai tukar yuan offshore China bergerak di kisaran level terlemahnya dalam sebulan pada perdagangan pagi ini, Selasa (28/1/2020), seiring dengan merosotnya daya tarik aset-aset berisiko akibat terbebani kekhawatiran mengenai dampak virus corona baru.
Berdasarkan data Reuters, yuan offshore menyentuh level 6,9813 per dolar AS, mendekati level terlemahnya sejak 30 Desember 2019.
Baca berita lengkapnya di sini.
2. Bursa Asia Masih Terpukul Kekhawatiran Virus Corona
Bursa saham Asia terpukul pada Selasa (28/1/2020) karena korban jiwa akibat virus corona di China melonjak dan meningkatkan kekhawatiran investor atas dampaknya terhadap ekonomi.
China memperpanjang liburan Tahun Baru Imlek hingga 2 Februari secara nasional, dan 9 Februari untuk Shanghai. Kota produsen baja terbesar di China di provinsi Hebei utara, Tangshan, menangguhkan semua transportasi dalam upaya mencegah penyebaran virus.
Baca berita lengkapnya di sini.
3. Surat Utang Negara Jadi Primadona Reksa Dana
Sejumlah manajer investasi menjagokan instrumen Surat Utang Negara (SUN) dibandingkan dengan korporasi seiring dengan potensi keuntungan yang lebih tinggi di tengah derasnya aliran dana asing.
Presiden Direktur Mandiri Investasi Alvin Pattisahusiwa mengatakan pihaknya memilih instrumen SUN sebagai underlying asset pada reksa dana berbasis pendapatan tetap. Menurutnya, dengan kondisi pasar saat ini, SUN menawarkan lebih banyak fitur pendongkrak keuntungan.
Baca berita lengkapnya di sini.
4. BEI dan BKPM Berkolaborasi Jaring Calon Emiten
Bursa Efek Indonesia (BEI) menandatangani nota kesepahaman dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terkait pertukaran informasi dalam upaya integrasi investasi riil dan portofolio di pasar modal.
Kedua lembaga akan saling bertukar informasi, terutama mengenai rencana pengembangan dan perluasan usaha. Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah perusahaan yang melantai di BEI, termasuk perusahaan berskala kecil dan menengah.
Baca berita lengkapnya di sini.
5. Kinerja Ambyar, Reksa Dana Emco Diduga Gagal Bayar
PT Emco Asset Management diduga mengalami tekanan likuiditas seiring tekanan pada kinerja produk reksa dana besutan perseroan. Kinerja tiga reksa dana yang dikelola Emco memang terkoreksi dalam alias ambyar.
Dugaan gagal bayar muncul saat manajemen meminta nasabah untuk tidak melakukan penarikan dana. Permintaan itu tertuang pada surat manajemen Emco yang diteken Direktur Utama Asset Management, Eddy Kurniawan, tertanggal 27 November 2019.
Baca berita lengkapnya di sini.