Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Diversifikasi Bisnis, Radiant Utama (RUIS) Incar Pertumbuhan hingga 20 Persen

Radiant Utama Interinsco meraih nilai kontrak Rp3,5 triliun pada 2019. Mampukah raihan itu mendorong kinerja perseroan pada 2020?

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten jasa penunjang pertambangan minyak dan gas, PT Radiant Utama Interinsco Tbk. membidik pertumbuhan sebesar dua digit pada tahun ini yang bakal didukung oleh diversifikasi bisnis yang dilakukan perseroan.

Direktur Utama Radiant Utama Interinsco Sofwan Farisyi menilai kondisi perekonomian dalam negeri pada 2020 kondisinya tidak jauh berdeda dibandingkan dengan kondisi ekonomi pada 2019.

Kendati demikian, emiten berkode saham RUIS tersebut tetap mencanangkan target pertumbuhan yang lebih baik pada tahun ini yang bakal didorong oleh kontribusi dari diverisifikasi bisnis yang dilakukan perseroan.

Sofwan mengungkapkan bahwa perseroan memasuki ekspansi usaha non-organik yang berfokus pada melanjutkan pengembangan bisnis energi baru dan terbarukan, khususnya energi surya, biomasa, dan waste to energy.

“Target pertumbuhan pendapatan dan laba perseroan pada 2020 diperkirakan berada di kisaran 15%-20% dibandingkan 2019,” katanya kepada Bisnis, baru-baru ini.

Dari sisi kinerja, RUIS telah mengantongi pendapatan senilai Rp1,12 triliun per September 2019, catatan itu meningkat 17,94% jika dibandingkan dengan catatan perseroan per September 2018 senilai Rp953,78 miliar.

Adapun laba bersih periode berjalan perseroan juga tercatat meningkat sebesar 15,92% menjadi Rp21,33 miliar per kuartal III/2019 dari catatan pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp18,4 miliar.

“Pertumbuhan diperkirakan seperti yang telah disampaikan perseroan pada kuartal III/2019, yaitu di kisaran 16%-18% untuk pendapatan dan 8%-11% untuk laba,” tuturnya.

Kontrak dan Belanja Modal

Sementara itu, dengan nilai kontrak yang didapatkan senilai Rp3,5 triliun pada 2019, untuk ekspansi organik yang dilakukan perseroan pada tahun ini yakni berfokus pada proyek-proyek yang memberikan margin keuntungan yang lebih besar.

Untuk itu, Sofwan menjelaskan bahwa fokus anggaran belanja modal atau capital expenditure pada tahun ini adalah untuk anggaran pengembangan proyek pada segmen bisnis inspeksi, konstruksi, dan penyelesaian capex untuk proyek Meliwis.

“Estimasi total capex spending pada 2020 diperkirakan di kisaran Rp70 miliar—Rp 80 miliar,” ungkapnya.

Sofwan menilai sentimen kenaikan harga minyak tentunya memiliki pengaruh terhadap kinerja perseroan.

Menurutnya, dengan naiknya harga maka diharapkan akan lebih banyak perusahan minyak melakukan kegiatannya sehingga hal tersebut akan berdampak positif terhadap kinerja perseroan.

“Dengan naiknya harga minyak maka akan meningkatkan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, maka perseroan bisa lebih agresif untuk melakukan kegiatan marketing untuk mendapatkan proyek-proyek,” katanya.

Namun, Sofwan melanjutkan, hal itu akan sentimen tersebut akan menjadi sebuah katalis positif untuk perseroan dan pelaku industri migas lainnya tergantung dengan seberapa lama sentimen tersebut akan bertahan.

Dia menilai apabila sentimen tersebut hanya merupakan sentimen jangka pendek, maka pengaruhnya akan sangat terbatas bagi industri migas.

“Menurut saya [sentimen tersebut] cenderung short time,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper