Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak melejit pada perdagangan Rabu (8/1/2020) setelah Iran melakukan aksi balasan dengan menyerang dua pangkalan mililer gabungan AS dan Irak, memicu kekhawatiran pasar bahwa konflik yang semakin panas akan mengganggu pasokan.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 11.43 WIB, harga minyak jenis WTI untuk kontrak Februari 2020 di bursa Nymex melonjak 1,26% menjadi US$63,49 per barel. Sesaat setelah serangan diluncurkan, minyak WTI sempat melonjak 4,7%, menyentuh US$65,65 per barel.
Sementara itu, harga minyak jenis Brent di bursa ICE untuk kontrak Maret 2020 naik 1,38% menjadi US$69,21 per barel. Minyak Brent sempat melonjak lebih dari 5% menjadi hampir $ 72 per barel.
Mengutip riset Asia Trade Point Futures, serangan balasan pertama yang dilakukan Iran sebagai respon atas terbunuhnya Jenderal Iran paling berpengaruh, Qassem Solaimani, dari serangan udara AS menjadi pemicu menguatnya harga minyak.
Ketegangan geopolitik di Timur Tengah tersebut meningkatkan risiko gangguan pada pengiriman minyak mentah dunia melalui Selat Hormuz, jalur yang telah berulang kali diancam oleh Iran untuk ditutup jika ada perang. Padahal, sekitar 20% dari pengiriman minyak dunia melewati jalur air Timur Tengah, yang berbatasan dengan Iran.
Ahli Strategi Pasar Asia AxiTrader Stephen Innes mengatakan bahwa perdagangan kali ini akan cukup panas seiring dengan sentimen tersebut.
Baca Juga
“Reaksi pasar cukup besar karena harga minyak meroket lebih tinggi atas ketakukan pasokan akan semakin terbatas,” ujar Stephen seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (8/1/2020).
Sementara itu, penguatan minyak ke depannya mungkin akan cukup terbatas karena Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan melalui akun resmi Twitternya bahwa negara itu tidak mencari eskalasi atau perang.
Selain itu, Presiden AS Donald Trump mengatakan melalui akun Twitternya bahwa semua dalam keadaan baik-baik saja setelah serangan, dan menambahkan bahwa dirinya akan segera membuat pernyataan pada Rabu (8/1/2020) pagi waktu Washington.
Pasar juga akan menanti reaksi nyata AS atas serangan balasan tersebut. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump telah mengancam untuk melakukan serangan yang hebat di 52 titik Iran, jika Negara Republik Islam tersebut melakukan aksi balasan.
Di sisi lain, penguatan minyak juga didukung oleh laporan terkini dari API yang menyebutkan persediaan minyak mingguan AS hingga 3 Januari turun sebesar 5,9 juta barel.