Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Berpotensi Bergerak Lebih Tinggi

Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan bahwa meningkatnya ketegangan AS dan Iran akan menjadi pemicu terganggunya pasokan minyak dunia. Pasalnya, sekitar 20% dari pengiriman minyak dunia melewati jalur air Timur Tengah, yang berbatasan dengan Iran.
Sebuah truk tangki yang digunakan untuk mengangkut produk minyak beroperasi di fasilitas minyak dekat Brooks, Alberta, Kanada 18 April 2018./REUTERS-Todd Korol
Sebuah truk tangki yang digunakan untuk mengangkut produk minyak beroperasi di fasilitas minyak dekat Brooks, Alberta, Kanada 18 April 2018./REUTERS-Todd Korol

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah dunia berpotensi bergerak lebih tinggi seiring dengan masih berlangsungnya ketegangan antara AS dan Iran di Timur Tengah setelah serangan udara yang diutus Presiden AS Donald Trump menewaskan komandan militer paling senior Iran, Qasem Soleimani.

Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan bahwa meningkatnya ketegangan AS dan Iran akan menjadi pemicu terganggunya pasokan minyak dunia. Pasalnya, sekitar 20% dari pengiriman minyak dunia melewati jalur air Timur Tengah, yang berbatasan dengan Iran.

Oleh karena itu, setiap peningkatan ketegangan geopolitik di Timur Tengah akan terus mendorong harga minyak untuk bergerak menguat. Apalagi, saat ini minyak juga tengah dibayangi prospek permintaan yang lebih baik seiring dengan hubungan dagang AS dan China yang membaik serta siap meresmikan kesepakatan dagang tahap pertama.

Adapun, saat ini, fokus pasar menanti reaksi dari Iran setelah serangan udara pada Jumat (3/1/2020) tersebut. Sebelumnya, Presiden Iran Hassan Rouhani bersumpah akan melakukan aksi balas dendam, sedangkan Presiden Trump mengatakan bahwa AS telah mengidentifikasi 52 situs Iran yang akan dihantam sangat keras jika Iran membalas.

“Jika Iran benar akan melakukan aksi balasan dan perang AS dan Iran benar akan terpecah, minyak mengejar level US$70 per barel, level tertinggi sejak 2018. Bahkan, jika harga minyak berhasil menembus level tersebut, bukan tidak mungkin minyak dapat mengejar US$80 per barel hingga US$90 per barel,” ujar Yudi saat dihubungi Bisnis, Selasa (7/1/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (7/1/2020), hingga pukul 18.11 WIB, harga minyak berjangka jenis WTI untuk kontrak Februari 2020 di bursa Nymex bergerak melemah 0,65% menjadi US$62,86 per barel.

Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontrak Maret 2020 di bursa ICE bergerak melemah 0,74% menjadi US$68,4 per barel.

Yudi mengatakan bahwa harga minyak terkonsolidasi setelah menyentuh level tertinggi akibat aksi ambil untung yang dilakukan oleh investor sembari menanti reaksi nyata dari Iran atas serangan udara AS.

Sebagai informasi, pada perdagangan Senin (6/1/2020), minyak sempat melonjak tajam dan bergerak di atas kisaran level US$70 per barel.

“Sembari menanti apakah Iran akan melakukan aksi balasan atau memberikan opsi lainnya terhadap serangan AS, mengambil untung karena harga telah mencapai level tertinggi sebelumnya menjadi hal yang lebih penting bagi investor,” papar Yudi.

Dia memprediksi pada perdagangan Rabu (8/1/2020), level resisten terdekat minyak berada di kisaran US$65 per barel, sedangkan level support terdekat minyak berada di level US$61,5 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper