Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi Minta Bursa Bersih dari Goreng Saham, Analis Sebut Investor Harus Lebih Pintar

Analis pasar modal meminta para investor untuk lebih pintar dan bijak terkait praktik saham yang digoreng.
Karyawan berada di depan papan elektronik yang menampilkan harga saham di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan berada di depan papan elektronik yang menampilkan harga saham di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Analis pasar modal meminta para investor untuk lebih pintar dan bijak terkait praktik saham yang digoreng.

Hal ini berkaitan dengan pernyataan Joko Widodo ketika membuka perdagangan di Bursa Efek Indonesia pada Kamis (2/1/2020). Jokowi menyinggung praktik tidak benar soal goreng-menggoreng saham yang dampaknya merugikan bagi masyarakat.

Hans Kwee, Direktur PT Anugerah Mega Investama, mengatakan pernyataan Presiden Joko Widodo tidak terlepas dari kasus yang ramai diperbincangkan di masyarakat.

Salah satunya, yaitu gagal bayar Jiwasraya karena investasi pada saham-saham yang disebut otoritas sebagai saham gorengan.

"Jadi karena ada sebab, Pak Jokowi menyampaikan itu," ujar Hans, ketika dihubungi lewat telepon kepada Bisnis, Kamis (2/1/2020).

Lebih lanjut, Hans, menjelaskan jika mengacu pada istilah saham gorengan ini sebenarnya memang marak dan ramai dibicarakan setelah ada beebrapa kejadian.

"Ada kasus reksa dana dibubarkan. Kemudian, ada 35 reksa dana yang kurang lebih yang NAB-nya [Nilai AKtiva Bersih atau dana keleloaan], turun lebih dari 50 persen, kemudian ada kasus Jiwasraya, sehingga, ditambah lagi beberapa reksa dana mengalami kesulitan dalam membayar nasabah," jelasnya.

Hans mengatakan istilah ini mendadak jadi sangat populer, setelah berbagai kejadian tersebut. Dia menjelaskan sebenarnya yang terjadi sebenarnya adalah saham itu diindikasikan ada gerakan yaitu kenaikan harga yang di luar fundamental saham tersebut.

"Jadi sahamnya naik cukup tinggi padahal fundamentalnya tidak berubah. Pada akhirnya, saham-saham ini kadang-kadang sampai titik tertentu mendadak turun sangat drastis sekali ke bawah atau ketika dijual ke institusi tertentu, setelah dibeli, mendadak turun ke bawah. Ini saham-saham yang seringkali disebut digoreng, jadi nilai valuasi dan nilai harga di pasar melenceng terlalu jauh," jelasnya.

Oleh karena itu, katanya, sebagai investor perlu lebih pintar dan bijak dalam menghadapi fenomena saham yang digoreng ini.

Menurutnya, terkadang investor bukan tertipu karena tidak paham. Namun lebih cenderung serakah atau berpedoman high risk high return.

Apalagi soal membuktikan adanya manipulasi harga di saham cenderung sulit dilakukan karena ada beberapa data yang harus dicek hingga terbukti ada praktik manipulasi.

"Jadi kalau kita mau bilang ini saham gorengan, kita harus buktikan. Ini kan proses invetigasi yang sulit. Tapi otoritas sudah berdiri memagari dengan aturan yang ada, tapi investor harus kita dorong lebih pintar," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Agne Yasa

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper